Hari ini, 92 tahun yang lalu,tepatnya pada hari Jum'at tanggal 13 Januari 1928, kala itu kabupaten Hulu Sungai Tengah masih bernama "DE ONDERAFDEELING BARABAI", banjir besar pernah menenggelamkan hampir seluruh daratan kota Barabai.
Menurut G. L. TICHELMAN yang menjabat sebagai controleur (bupati) saat itu, banjir tersebut sempat melumpuhkan kota Barabai selama 30 jam dan ketinggian air di alun -alun kota mencapai kurang lebih 45 cm. Sementara debit air sungai Barabai yang berada di Pagat mencapai titik tertinggi, yakni 190 meter kubik perdetik.
Masih menurut G. L. TICHELMAN, 7 minggu sebelumnya, pada hari Jum'at tanggal 2 Desember 1927, Birayang juga tidak luput dari terjangan banjir, menyusul hujan lebat hampir seharian di daerah hulu. Hal ini menyebabkan sungai Batang Alai meluap secara tiba - tiba. Derasnya air yang bercampur dengan material hutan (RABA menurut bahasa lokal) menghantam tiang besi jembatan Birayang hingga mengakibatkan jembatan yang panjangnya 46 meter tersebut runtuh.
Sumber :
Buku Tijdschrift Van Het Koninklijk Nederlandsch Aardrijkskundig Genootschap
Tweede Serie Deel XLVIII 1931.
Halaman 464 dan 466.
Mungkin lantaran alasan ini, pemerintah Hindia Belanda enggan melakukan penambangan di daerah ini. Padahal mereka tahu di bagian timur onderafdeeling ini, dari Haruyan di selatan hingga Batang Alai Timur di utara kaya akan batu bara dan mineral lainnya,
#SaveMeratus
#savemeratusHST.
1.
2.
.
3.
4.
6.
Sumber : Muhammad Mas Adiyanooor
(Status Facebook beliau)
Editor : Muhammad Edwan Ansari
COPYRIGHT © Sahabat Edwan Ansari, Barabai, Kalimantan Selatan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Admin;
Copyright @Catatan Edwan Ansari