Menepis Stereotype dan Menjelaskan Apa itu HMI?
Waktu : 10.15 s.d. 12.15
Metode : Diskusi Kelompok, ceramah, dan dialog
Target : - Menginventarisir stereotype ttg HMI dan cara mengatasinya.
- Menguasai teknik menjelaskan HMI secara singkat, padat dan
menarik (mengundang penasaran).
Substansi Materi :
Stereotype atau secara sederhana dapat diartikan citra/kesan negatif yang cederung berlebihan dan relatif permanen, dapat terbangun karena “penampakan” dari (pihak/seseorang/organisasi) bersangkutan dan oleh karena kampanye negatif yang dibangun oleh pihak lain yang berkepentingan merusak. Oleh karena itu, cara mengatasinya juga harus bermula dari inventarisasi stereotype yang terbangun, mendiagnosa kondisi internal, dan mencari siapa dan bagaimana pihak eksternal melakukan kampanye negatif.
Penyikapan terhadap stereotype tidaklah elok dilakukan secara reaktif dan emosional. Karena ranah stereotype sudah menyentuh aspek psikologis, yang batas-batasnya halus dan sensitif, sehingga penyikapannya harus secara hati-hati. Penyikapan yang keliru malah akan berdampak kontraproduktif. Oleh karena itu, penting sekali dipahami adanya beberapa prinsip komunikasi sebelum menentukan langkah yang paling efektif mengatasi strereotype tersebut. Prinsip-prinsip tersebut adalah;
Bahasa perbuatan dan bahasa tubuh lebih kuat dari sekedar bahasa lisan.
Meski bukan substansi dan segalanya, yang pertama dilihat oleh orang lain adalah penampilan kita.
Kesan pertama sangat penting dan fungsional, bahkan terkadang lebih menentukan pola interaksi berikutnya.
Segala sesuatu yang akan kita sampaikan harus tergambar dengan jelas dipikiran kita. Hanya dengan begitu, penyampaian pesan dapat dilakukan dengan baik.
Segala sesuatu yang kita sampaikan pada prinsipnya selalu bisa diterima apabila konteks dan cara penyampaian serta media komunikasi yang digunakan sesuai/relevan.
Memberilah terlebih dahulu, baru anda berpikir menerima.
Sampaikanlah pesan secara simpatik, ekspresif, dewasa, dan cerdas.
Menjelaskan Apa Itu HMI?
Ketika anda ditanya ‘HMI itu apaan sih? Jawaban anda sangat menentukan ketertarikan penanya terhadap HMI. Oleh karena itu perlu dipilih dan diperhatikan kata-kata yang anda gunakan sehingga membentuk kalimat jawaban yang padat informasi, singkat, dan mengundang minat/rasa penasaran penanya. Beberapa contoh berikut ini mungkin dapat digunakan:
“HMI merupakan organisasi kemahasiswaan tertua dan terbesar di Indonesia yg telah sukses melahirkan tokoh-tokoh nasional dan daerah yang memiliki komitmen keislaman dan keindonesiaan sekaligus.”
“HMI merupakan organisasi kemahasiswaan tertua dan terbesar di Indonesia yang unik. Dia lahir hanya berselang 18 bulan dari Indonesia merdeka, sehingga mewarisi semangat nasionalisme dan keagamaan yang harmonis, khas pendiri bangsa ini.”
“HMI merupakan organisasi kemahasiswaan terbesar dan tertua di Indonesia yang menyediakan ruang bagi setiap mahasiswa untuk tumbuh dan berkembang secara wajar dalam visi nasionalisme dan keislaman secara seimbang.”
Manajemen Rekrutmen Kader HMI di Kampus
Waktu : 13.00 15.00
Metode : Ceramah, dialog, & mengisi kertas kerja (pembentukan tim kerja)
Target : - Menguasai manajemen rekrutmen kader di kampus
- Menguasai teknik membangun tim kerja dalam rangka
rekrutmen kader HMI di kampus.
Substansi Materi :
Manajemen rekrutmen kader HMI di kampus pada dasarnya adalah mengelola tim kerja agar dapat menggerakkan floating mass (mahasiswa/massa mengambang) agar menjadi simpatisan dan kemudian memutuskan menjadi anggota dan kader HMI. Secara bagan digambarkan sebagai berikut;
Dengan demikian target akhir dari manajemen rekrutmen adalah terbentuknya kader, maka mahasiswa floating mass yang direkrut harus memenuhi kualifikasi tertentu. Hal ini terkait dengan definisi kader itu sendiri yang menurut AS Hornby disebutkan bahwa ‘cadres is small group of peoples who are chosen and trained for special purpose. Kata kunci dari definisi tersebut adalah ‘small group’, ‘chosen’, ‘trained’ dan ‘for special purpose’. Dalam konteks rekrutmen yang harus diperhatikan adalah ‘small group’ yang berarti proses rektutmen tidak berorientasi pada sebanyak-banyaknya calon yang bisa direkrut, melainkan cukup sedikit saja. Asalkan dia merupakan mahasiswa yang terpilih (chosen), yang nantinya akan kita latih (trained) sebagai kekuatan yang diabdikan untuk mencapai tujuan tertentu (for special purpose).
Pedoman perkaderan HMI membagi proses perkaderan di HMI dalam tiga proses besar, yakni rekrutmen kader, pembentukan kader, dan pengabdian kader. Ketiganya merupakan proses yang saling terkait dan merupakan satu kesatuan. Dalam kerangka sistem, pembagian tersebut mengacu kepada input, proses, dan output. Rekrutmen kader merupakan bagian input yang mempengaruhi kualitas proses dan output. Oleh karena itu, fase rekrutmen harus dilaksanakan melalui mekanisme yang jelas dan terukur serta dijalankan dengan penuh dedikasi.
Manajemen rekrutmen dilaksanakan dengan panduan umum sebagai berikut;
Secara struktural dilaksanakan sebagai kolaborasi bidang Pembinaan Anggota dan bidang Perguruan Tinggi, Kemahasiswaan, dan Pemuda.
Secara teknis dikerjakan dan menjadi tanggungjawab mahasiswa yang angkatan kuliahnya 2 tahun di atas angkatan mahasiswa baru. Contoh, bila mahasiswa baru angkatan 2007, maka rekrutmen menjadi tanggungjawab dan dikerjakan oleh angkatan 2005.
Tim kerja rekrutmen terdiri dari tim kerja yang bersifat terbuka dan tim kerja yang bersifat tertutup. Tim kerja yang bersifat terbuka merupakan fungsionaris kader HMI di organ intra kampus yang memanfaatkan keberadaan mereka di organ tersebut untuk menciptakan situasi yang kondusif bagi rekrutmen kader. Tim kerja bersifat tertutup merupakan tim kerja yang dibentuk oleh struktur HMI dan bekerja secara underground.
Tim kerja rekrutmen minimal terdiri dari Tim identifikasi indentitas dan sebaran target (mahasiswa baru), Tim pembangun wacana dan counter stereotipe, dan Tim eksekutor.
Tim kerja harus terbentuk dan telah menyusun rencana kerjanya sebelum mahasiswa baru masuk.
Pola-Pola Pendekatan Terhadap Mahasiswa Baru
Waktu : 15.30 17.30
Metode : Ceramah, dialog, dan simulasi
Target : Menguasai teknik/pola pendekatan terhadap mahasiswa baru.
Substansi Materi :
Sebagai target, mahasiswa baru harus dikenali dan didekati. Agar efektif, maka dibutuhkan pola-pola tertentu agar kita dapat dekat dan memperoleh simpati mereka. Penting dipahami bahwa mahasiswa baru haus akan informasi, arahan, dan teladan agar mereka sukses menjadi mahasiswa. Mahasiswa baru pastinya mencari bentuk dunia kemahasiswaan yang ideal dan yang bisa dia jalani dengan nyaman serta efektif menghantarkannya sebagai mahasiswa dan individu yang berhasil di kemudian hari. Apalagi mahasiswa baru yang berasal dari luar kota, bahkan luar propinsi, kebutuhan mereka akan informasi dan fighting spirit-nya –pada umumnya-- jauh lebih tinggi dari mahasiswa yang berasal dari kota tempat perguruan tinggi tersebut. Psikologi mahasiswa baru yang rata-rata respek terhadap seniornya juga suatu kondisi positif yang dapat dimanfaatkan.
Yang terpenting dalam pola pendekatan terhadap mahasiswa baru adalah pola interaksi yang anda gunakan semata hubungan senior-junior yang tidak memunculkan interest pribadi. Anda akan berhasil membangun simpati apabila mampu menunjukkan bahwa kepedulian dan perhatian anda adalah tulus dan menghendaki mereka menjadi orang yang baik dan berhasil. Bentuk perhatian dan kepedulian yang dibalut interest pribadi bukan saja tidak akan efektif melainkan dapat merusak sistem rekrutmen secara keseluruhan.
Pola-pola pendekatan terhadap mahasiswa baru dapat dilakukan melalui beberapa macam, seperti:
Pola struktural. Pola ini memanfaatan peran dan fungsi kader HMI yang duduk di organisasi intra kampus. Dengan kedudukan, kewenangan, dan wibawa yang dimilikinya, kader di intra kampus dapat meng-counter wacana negatif tentang HMI, membangun kesan positif, menarik simpati, dan bahkan merekrut langsung calon anggota.
Pola kultural. Ada dua titik ekstrim budaya kampus, yakni budaya akademis dan budaya hedonis. Dengan memunculkan figur-figur yang menarik diantara dua gelombang budaya tersebut, simpati dari mahasiswa baru dapat diraih dan selanjutnya lebih mudah diarahkan untuk menjadi anggota HMI.
Pola komunal. Di tiap kampus pastinya tiap mahasiswa baru terdiri dari sejumlah gerombolan atau kelompok bermain. Masing-masing memiliki trendsetter-nya yang bisa terdiri dari satu atau beberapa orang. Dengan mengidentifikasi pola pengelompokan dan pendekatan terhadap figur-figur trendsetter di masing-masing kelompok, pendekatan ini dapat secara optimal bekerja.
Pola personal. Dalam sepakbola pendekatan ini mirip man to man marking. Semacam personal touch terhadap individu-individu tertentu yang dinilai strategis untuk direkrut. Tentu saja pendekatan ini akan efektif bila dilakukan proses identifikasi yang cermat atas figur tersebut terlebih dahulu dan didekati oleh figur yang tepat juga.
Pola-pola pendekatan di atas tentu saja bekerja dengan prinsip kerja yang simpatik dan elegan serta mengikuti alur kerja kenal-dekat-ikat (KDI). Pola-pola pendekatan tersebut tidak akan bekerja dengan baik apabila alur kerja KDI ini tidak berjalan, karena alur kerja KDI merupakan alur kerja eksekutor sebagai ujung tombak rekrutmen.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Admin;
Copyright @Catatan Edwan Ansari