Sebuah catatan kecil untuk sekedar dikenang dan orang tau bahwa aku pernah Hidup. Sebaik-baiknya manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia!” semoga dengan catatan kecil ini dapat bermanfaat dan menebarkan kebaikan Apa yang dikatakan akan lenyap, apa yang ditulis akan abadi. Aku melintasi kehidupan Kuberanikan diri menulis catatan ini untuk mengabadikan momen hidup (Muhamad Edwan Ansari)
Sabtu, Januari 10, 2015
Usaha budidaya itik petelur
Usaha budidaya itik petelur sangat menjanjikan sebagai salah satu sektor ekonomi rakyat. Mengingat saat ini permintaan di masyarakat akan daging ataupun telur itik cukup tinggi, sedangkan kebutuhan telur itik saat ini belum dapat mencukupi permintaan pasar. Oleh karena itu, budidaya itik seharusnya bisa lebih dikembangkan lagi agar dapat memenuhi kebutuhan pasar. Dalam budidaya itik petelur terdapat hal-hal yang harus diperhatikan. Berikut panduan budidaya itik petelur:
1. Persiapan Sarana & Kandang Itik Petelur
Secara umum, kandang yang baik bagi itik adalah memenuhi beberapa syarat berikut :
• Letak lokasi kandang harus jauh dari keramaian/pemukiman penduduk.
• Kandang sebaiknya mempunyai temperatur kurang lebih 39°C.
• Kelembaban kandang berkisar antara 60-65%.
• Penerangan memadai di tiap sudut kandang sehingga memudahkan kita dalam menata ulang kandang sewaktu – waktu.
• Persiapkan kebutuhan seperti tempat makan dan minum.
• Kondisi kandang tidak harus dari bahan yang mahal tetapi cukup sederhana asal tahan lama (kuat).
• Kandang sebaiknya menghadap ke timur untuk mendapatkan sinar matahari yang cukup.
• Tinggi kandang sebaiknya dibuat kurang dari 2 meter.
Model kandang ada 3 (tiga) jenis yaitu:
• Kandang untuk anak itik (DOD) pada masa starter bisa disebut juga kandang box, dengan ukuran 1 x 2 meter dan mampu menampung 50 ekor DOD
• Kandang Brower (untuk itik remaja) disebut model kandang Ren/kandang kelompok dengan ukuran 16-100 ekor perkelompok.
• kandang layar ( untuk itik masa bertelur) modelnya bisa berupa kandang baterei ( satu atau dua ekor dalam satu kotak) bisa juga berupa kandang lokasi ( kelompok) dengan ukuran setiap meter persegi 4-5 ekor itik dewasa ( masa bertelur atau untuk 30 ekor itik dewasa dengan ukuran kandang 3 x 2 meter).
2. Pembibitan Itik Petelur
Pembibitan merupakan kunci sukses dalam ternak bebek petelur. Oleh karena itu, sangat disarankan untuk menggunakan bibit yang benar – benar unggul dan terbukti kualitasnya. Harga mahal itu relatif. Sesuaikan dengan kualitas. Karena jika bibit yang anda gunakan hanya berkualitas biasa, maka hasilnya juga tidak akan memuaskan. Carilah bibit tetas dari peternak terpercaya. Dalam mendapatkan bibit itik, ada beberapa cara yang dapat kita tempuh, diantaranya yaitu :
• Membeli telur tetas dari induk itik yang dijamin keunggulannya.
• Memelihara induk itik yaitu pejantan + betina itik unggul untuk mendapatkan telur tetas kemudian meletakannya pada mentok, ayam atau mesin tetas.
• Membeli DOD (Day Old Duck) dari pembibitan yang sudah dikenal mutunya maupun yang telah mendapat rekomendasi dari dinas peternakan setempat. Ciri DOD yang baik adalah tidak cacat (tidak sakit) dengan warna bulu kuning mengkilap.
3. Perawatan bibit itik petelur unggul
Bibit itik (DOD) yang baru saja tiba dari pembibitan, sebaiknya segera ditangani agar tidak salah rawat. Penanganannya mencakup hal – hal sebagai berikut: bibit diterima dan ditempatkan pada kandang brooder (indukan) yang telah dipersiapkan sebelumnya. Temperatur brooder diusahakan agar selalu hangat, tempat pakan dan tempat minum disesuaikan dengan itik fase starter. Selain itu berikan banyak vitamin dan mineral ke dalam air nya.
4. Perawatan calon induk itik
Calon induk itik terdiri dari dua macam yaitu induk untuk produksi telur konsumsi dan induk untuk produksi telur tetas. Perawatan untuk keduanya sama, perbedaannya hanya pada induk untuk produksi telur tetas harus ada pejantan. Satu pejantan untuk 6 ekor betina. Untuk mendapatkan telur tetas yang subur dan terbuahi oleh pejantan, kita dapat mencapainya dengan pakan buatan maupun (hand mating) atau dengan perkawinan alami dengan itik betina.
5. Pemeliharaan & Pakan Itik Petelur
Pemeliharaan merupakan yang paling utama diperhatikan dalam usaha budidaya itik petelur. Pemeliharaan terdiri dari:
• Sanitasi kandang mutlak diperlukan dalam pemeliharaan itik dan tindakan preventif (pencegahan penyakit) perlu diperhatikan sejak dini untuk mewaspadai timbulnya penyakit.
• Konsultasikan masalah dan penyakit yang timbul kepada dokter hewan dengan segera.
Pemberian pakan itik. Bahan baku Ransum itik pada umumnya digolongkan menjadi dua, yaitu bahan baku nabati dan bahan baku hewani. Bahan Baku Nabati itu antara lain Dedak halus, Jagung kuning, Bungkil kedelai, ampas tahu, Tepung daun pepaya, Tepung daun Lamtoro, Tepung daun Turi. Sedangkan Bahan Baku Hewani antara lain : Keong, Bekicot, Cacing. Viterna Plus Mengandung berbagai nutrisi yang dibutuhkan itik / bebek petelur, yaitu : Asam-asam amino essensial, yaitu : Arginin, Hiistidin, aLeusin, Isoleusin dan lain-lain sebagai penyusun protein tubuh, pembentuk sel dan organ tubuh. Cara Penggunaan Viterna Plus + Hormonik + Poc Nasa adalah dengan mencampur pada komboran pakan konsentrat atau pakan lain dengan dosis : 1 tutup botol Viterna, poc nasa, dan hormonik untuk sekitar 5 kg pakan. Pemberian disarankan sejak itik berumur starter (1 minggu) sampai produksi atau menghasilkan telur.
6. Pemanenan Telur Itik
Itik biasanya bertelur saat dini hari. Wadah untuk mengumpulkan telur dapat kita buat dari keranjang yang berbentuk cekung. Jangan terlalu lama membiarkan atau menyimpan telur itik terlalu lama karena mudah busuk. Sebaiknya diawetkan atau segera dipasarkan. 7. Pasca Panen Kegiatan pascapanen yang biasa dilakukan adalah pengawetan. Dengan pengawetan maka nilai ekonomis telur itik akan lebih lama dibanding jika tidak dilakukan pengawetan. Pengawetan dapat dilakukan dengan cara:
• Pengawetan dengan air hangat. Dengan cara ini telur dapat bertahan selama 20 hari.
• Pengawetan telur dengan daun jambu biji. Perendaman telur dengan daun jambu biji dapat mempertahankan mutu telur selama kurang lebih 1 bulan.
• Pengawetan telur dengan minyak kelapa. Pengawetan ini merupakan pengawetan yang praktis.
• Pengawetan telur dengan natrium silikat. Bahan pengawetan natrium silikat merupkan cairan kental, tidak berwarna, jernih, dan tidak berbau. Natirum silikat dapat menutupi pori kulit telur sehingga telur awet dan tahan lama hingga 1,5 bulan. Adapun caranya adalah dengan merendam telur dalam larutan natrium silikat10% selama satu bulan.
• Pengawetan telur dengan garam dapur. Garam direndam dalam larutan garam dapur (NaCl) dengan konsentrasi 25-40% selama 3 minggu.
eran atau kontribusi pakan terhadap keberhasilan usaha ternak atau budidaya bebek petelur memang hanya sekitar 30% saja. Namun demikian kesalahan dalam penerapan akan membawa dampak kerugian yang cukup besar pada budidaya itik tersebut.
Untuk itu pengetahuan mengenai formulasi atau komposisi pakan ternak bebek atau ternak itik akan sangat bermanfaat. Berikut ini adalah komposisi pakan bebek masa grower (usia 2-5 bulan) :
Jumlah pemberian pakan berkisar 88 – 120 gram per ekor/hari sesuai dengan tingkatan umur. Sebagai patokan adalah jumlah protein kasar sekitar 16-20%, dan energi metabolis 2900 Kkal/kg.
1. Jagung 20%, dedak 20%, menir 15%, kedelai 15%, bungkil kelapa 5%, tepung ikan 10%, tepung darah 10% dan tepung tulang 5%
2. Jagung atau dedak atau menir 50%, kacang tanah, bungkil kelapa atau kacang kedelai 15%, cacahan ikan teri atau bekicot 25%, mineral 5%, dan sisanya adalah campuran vit B12, premix dan daun singkong
3. Jagung giling 45%, bekatul 15%, bungkil kelapa 5%, kedelai 15%, tepung daun lamtoro 5%, tepung ikan 10% rumput kering 2%, tepung kerang 2%, tepung tulang 1% dan sedikir garam
4. Jagung 20%, konsentrat 10%, bekatul 60%, dan eceng gondok 10%
Sedangkan komposisi pakan itik untuk layer (usia 5 bl ke atas) adalah sebagai berikut :
Jumlah pemberian minimal 150 gram per ekor/hari. Di sini juga sangat dibutuhkan tambahan pakan berupa hijauan segar dan mineral yang cukup. Sebagai patokannya adalah jumlah protein kasar 15-18% dan energi metabolis 2900 Kkal/kg.
1. Bekatul 15%, beras merah 30%, jagung giling 10% kacang hijau giling 12%, tepung ikan 20%, kedelai giling 3%, bungkil kelapa 5% tepung tulang 4,5% dan garam 0,5%
2. Bekatul 6 kg, konsentrat itik layer 3 kg, dan jagung 6 kg
3. Bekatul 6 kg, konsentrat itik layer 1,5 kg, ketam cincang 1,5-2 kg, dan jagung giling 6 kg
4. Dedak kasar 25%, jagung giling 25%, kacang kedelai giling 15%, bekicot cincang 15%, tepung ikan 10%, garam 5% dan tepung daun singkong 5%
5. Bekatul 5 kg, nasi kering 7 kg, ece 1 kg, cacahan ikan pirik 15 kg
6. Bekatul 2,6 kg, bekatul 8,3 kg, dan ikan pirik giling 10,6 kg
7. Bekatul 6 kg, nasi kering 6 kg, konsentrat itik layer 4 kg, ikan kecil 12 kg
8. Bekatul 6 kg, menir 6 kg, ikan rucah 8 kg
9. Bekatul 4.8-5 kg, menir 4 kg, konsentrat itik layer 3 kg dan ikan rucah 2 kg
10. Bekatul/dedak dan konsentrat itik layer dengan perbandingan (6:1)
11. Nasi kering : jagung : konsentrat itik layer dengan perbandingan (4:1:1)
12. Bekatul : konsetrat itik layer dengan perbandingan (4:1)
13. Konsentrat itik layer : konsentrat ayam petelur : dedak dengan perbandingan (2:5:8)
14. Konsentrat itik layer 60%, jagung 15%, kremis 15%, dan eceng gondok 10%
15. Bekatul 60%, jagung 20%, dan konsentrat itik layer 20%
16. Bekatul 2.5 kg, konsetrat itik layer 1,5 kg, gandum 8 kg, dan hijauan 0.7-1 kg
Perlu diketahui bersama bahwa kestabilan dan produktivitas itik sangat ditentukan oleh ketepatan dalam pemberian jumlah pakan yang meliputi kandungan nutrisi dan kualitas pakan.
produktivitas ternak itik
Tak seperti ayam petelur, produktivitas ternak itik masih jauh di bawah ayam petelur. Produktivitas bertelur itik adalah hasil perbandingan antara jumlah telur yang dihasilkan dengan populasi itik dalam satu kelompok. Misalnya, satu kandang koloni berisi 100 ekor itik masa produksi menghasilkan 60 butir telur per hari, maka dapat dihitung tingkat produktivitasnya adalah 60%. Dengan demikian, 40% di antaranya belum memasuki masa produksi atau sudah terlewat masa produktifnya. Itulah sebabnya, penting untuk mencari bibit itik yang seragam dari sumber yang sama.
Adalah itik mojosari salah satu itik lokal yang direkomendasikan sebagai salah satu jenis itik lokal petelur unggul. Menurut catatan, itik ini mampu berproduksi sekitar 220-250 butir per tahun lebih tinggi sedikit dari itik lokal lainnya yang berproduksi sekitar 180-230 butir per tahun. Hasil tersebut diperoleh dengan pemberian pakan sebanyak 120-150 gram/ekor/hari. Pakan yang diberikan memiliki kandungan protein 21% dan energi metabolis sebesar 2.970 kkal/kg. Untuk lebih mengenal itik mojosari ini dapat melihat kembali artikel kami yang lainnya dengan judul “Profile Itik Mojosari”.
Masalah timbul dalam pemeliharaan itik petelur adalah ketika itik sudah memasuki umur bertelur. Kebanyakan dari kita tidak sabar menanti itik yang diternakkannya bertelur. Bagaimana tidak kita telah mengeluarkan modal dan tenaga dari hari pertama pemeliharaan sampai sekitar 25 minggu lamanya. Sehingga upaya untuk membuat itik agar cepat bertelur pun diusahakan. Yang perlu diperhatikan adalah apabila kita salah dalam menerapkan manajemen pemeliharaan menjelang peneluran awal maka akan membawa resiko. Secara teori dan praktek, itik mojosari yang bertelur untuk kali pertama pada umur 25 minggu memiliki masa produksi lebih lama, bisa sampai 3 periode masa produktif (nama lain = rontok bulu, gugur bulu, moulting, dan ngurak). Puncak produksi dicapai ketika umur 7 bulan dan setelah melewati umur tersebut produksinya mulai stabil dan banyak. Dengan perawatan yang baik produksi per hari dapat mencapai rata-rata 70-80% dari seluruh populasi.
Langkah atau manajemen apa yang sebaiknya diterapkan untuk menangani itik yang menjelang bertelur? Berikut sedikit trik dan tips yang mudah-mudahan bermanfaat bagi kita semua :
1. Jangan panik, hanya karena mendengar kabar berita baik secara langsung atau tidak langsung ada orang lain mengatakan itik kita kok belum bertelur juga padahal umurnya sudah semestinya bertelur. Kabar ini biasanya memancing reaksi dari kita untuk mencari jalan alternatif agar itik kita cepat bertelur. Menurut kami tindakan ini kurang tepat, tunggulah umur itik sampai umur 150-170 hari, kalau belum bertelur juga baru mengambil tindakan.
2. Jangan merubah manajemen pemeliharaan yang sudah ada, baik dengan mengganti pekerja kandang, berpindah kandang, merubah jadwal pemberian pakan, apalagi mengganti-ganti susunan ransum pakan yang diberikan dengan alasan kehabisan modal atau mencari bahan pakan dengan harga murah.
3. Tingkatkan porsi makan, porsi makan itik perlu ditingkatkan sedikit demi sedikit karena biasanya itik tidak langsung merespon pakan jenis baru. Mengapa? Itik sekarang sudah memasuki masa produksi sehingga pakan yang diberikan tidak hanya saja untuk kebutuhan hidup pokok akan tetapi juga untuk berproduksi sehingga mutlak mendapat jatah pakan lebih tinggi baik dari segi kuantitas maupun kualitas.
4. Agar itik cepat bertelur, yaitu dengan meningkatkan kandungan protein hewani dalam pakan. Bulu itik akan rontok menjelang masa peneluran yang pertama sehingga tidak diperkenankan ketika umur 4 bulanan itik diberi pakan dengan kandungan protein tinggi. Apabila umur peneluran pertama terlalu dini akan berakibat masa produksi akan lebih pendek. Contoh pakan yang diberikan sebagai berikut : umur sekitar 4 bulanan diberikan pakan dengan susunan ransum 1 bag konsentrat itik layer : 8 bag. dedak halus dengan jumlah pemberian 80-120gram/ekor/hari, kemudian ketika itik sudah bertelur sekitar 20-30% komposisi pakan diganti dengan 1 bag konsentrat itik layer : 4 bag. dedak halus dengan jumlah pemberian 120-150 gram/ekor/hari.
5. Jangan lupa berdo’a, agar Allah Yang Maha Pemberi Rizki memberi keberkahan pada usaha kita. Menyeimbangkan antara usaha dan tawakkal adalah lebih baik daripada kita hanya menggantungkan pada salah satunya.
Itik yang tidak produktif
Tak semuanya itik yang kita pelihara adalah itik yang produktif, sehingga memelihara itik non-produktif tentu sangat tidak menguntungkan walaupun itu hal itu tidak kita inginkan. Karena itu perlu untuk menerapkan program seleksi dan culling pada itik yang sedang bertelur. Populasi itik dengan produktivitas telur di bawah 50% perlu mendapatkan perhatian lebih. Mengapa? Karena kita hanya akan buang-buang pakan saja tiap harinya dan ini kadang tidak disadari oleh kebanyakan peternak apalagi peternak pemula. Teknik pemisahan bertahap dapat dilakukan untuk mengetahui itik yang produktif dan itik yang tidak produktif. Hasil seleksi adalah itik yang produktif dan tetap bisa kita pertahankan dan hasil culling adalah itik yang tidak produktif yang nantinya kita afkir dan dapat dijual sebagai itik afkir walaupun harganya sekitar 50-70% bibit itik siap bertelur (bayah).
Semoga bisa menjadi pencerahan kepada kita semua dan tidak menutup kemungkinan artikel ini masih jauh dari harapan. Oleh karenanya kritik dan saran selalu kami harapkan kepada pembaca semua untuk kesempurnaan artikel ini sehingga nilai kemanfaatannya bertambah.
Anda dapat mencopy isi artikel ini sebagian atau seluruhnya dengan menyebutkan sumbernya : www.sentralternak.com
Leucocytozoonosis atau yang lebih dikenal dengan sebutan “malaria like” merupakan salah satu penyakit pada unggas yang disebabkan oleh parasit protozoa. Protozoa penyebab penyakit ini adalah Leucocytozoon sp. dari famili Plasmodiidae, salah satu contoh spesiesnya adalah Leucocytozoon caulleryi.
Leucocytozoonosis atau yang lebih dikenal dengan sebutan “malaria like” merupakan salah satu penyakit pada unggas yang disebabkan oleh parasit protozoa. Protozoa penyebab penyakit ini adalah Leucocytozoon sp. dari famili Plasmodiidae, salah satu contoh spesiesnya adalah Leucocytozoon caulleryi.
Leucocytozoonosis ditularkan oleh lalat hitam (Simulium sp.) dan Culicoides sp. Kedua serangga tersebut bertindak sebagai vektor dan menginfeksi unggas sehat melalui gigitan. Simulium sp., atau lalat hitam, biasa hidup pada air yang mengalir dan menggigit pada siang hari, sedangkan Culicoides sp. hidup pada air yang menggenang, kotoran ayam yang becek dan cenderung menggigit pada malam hari. Leucocytozoon caulleryi menyebar melalui serangga Culicoides sp., sedangkan spesies Leucocytozoon lainnya melalui lalat hitam.
Banyaknya kasus “malaria like” umumnya terjadi pada musim pancaroba, yaitu pada perubahan musim penghujan ke musim kemarau atau sebaliknya. Penyakit ini juga termasuk musiman karena dipengaruhi oleh siklus perkembangbiakan vektor. Penyakit “malaria like” akan semakin tinggi kejadiannya saat kondisi lingkungan mendukung bagi perkembangan nyamuk dan lalat selaku vektor penyakit ini. Populasi nyamuk atau serangga cenderung meningkat saat terjadi perubahan musim, dari musim hujan ke musim panas atau sebaliknya. Di musim hujan banyak air tergenang. Nyamuk dan lalat kemungkinan akan membawa bibit penyakit berkembang dan kemudian menularkan bibit penyakit tersebut ke ayam melalui gigitan serta akan berperan menjadi vektor atau agen penular ke ayam lainnya. Seringkali outbreak mulai terlihat saat musim kemarau tiba.
Pada tahun-tahun sebelumnya, yaitu mulai pada tahun 2007, kejadian leucocytozoonosis pun muncul di beberapa area endemik seperti Jawa Timur, Jawa Tengah dan Kalimantan Selatan dengan berbagai tingkat keparahan. Demikian pula pada 2009 sampai pertengahan 2010, kasus leucocytozoonosis masih sering ditemukan di beberapa wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur (Data tenaga lapangan Medion, 2010).
Tabel 1. Persentase kejadian leucocytozoonosis pada ayam pedaging dan petelur tahun 2009
Sumber: Data tenaga lapangan Medion, 2009
Data di atas menjelaskan bahwa tahun 2009, leucocytozoonosis banyak terjadi pada bulan-bulan awal musim kemarau. Bulan Mei merupakan awal musim kemarau pada 2009 di wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur (BMKG, 2009). Tidak menentunya pergantian musim di Indonesia saat ini memberi peluang besar munculnya kejadian penyakit leucocytozoonosis sehingga penyakit ini sangat mungkin dapat terjadi sepanjang tahun. Hal tersebut oleh beberapa peternak direspon dengan berbagai cara antisipasi, sesuai pengalaman masing-masing peternak. Ada yang terbiasa menggunakan program prevention (pencegahan) saat musim penghujan tiba, sebaliknya peternak lain mengantisipasinya hanya jika penyakit muncul dengan diawalinya gejala klinis. Bahkan ada pula peternakan yang terkesima menghadapinya akibat ketidaktahuannya, karena sebelumnya kejadian belum pernah muncul.
Berdasarkan keterangan di atas, perlu disimak lebih jauh mengenai kasus leucocytozoonosis ini agar dapat dilakukan diagnosa, pencegahan dan pengendalian penyakit yang tepat sedini mungkin.
Kerugian bagi Ayam Pedaging dan Petelur
Penurunan produktivitas sebagai kerugian utama pada ayam pedaging dan petelur. Mulai dari pembengkakan nilai FCR (rasio konversi pakan), pertumbuhan terhambat, sampai terjadinya penurunan produksi telur dan tingkat pengafkiran yang tinggi. Tingkat kematian ayam rata-rata berkisar antara 10-80%, terdiri dari kematian anak ayam sebesar 7-50% dan ayam dewasa 2-60%.
Berdasarkan hasil laporan tenaga lapangan Medion sepanjang tahun 2009, diperoleh informasi bahwa kasus leucocytozoonosis termasuk salah satu penyakit yang masih sering muncul dalam peternakan ayam pedaging di Indonesia. Kerugian pada ayam pedaging diantaranya peningkatan jumlah ayam afkiran dan penurunan kualitas karkas ayam. Timbulnya bercak-bercak darah di beberapa bagian otot di daerah dada, perut dan kulit pada unggas penderita menjadi penyebab menurunnya kualitas karkas. Tingkat mortalitas pada ayam pedaging dapat mencapai 40%.
Tabel 2. Persentase penyakit yang menyerang ayam pedaging tahun 2009
Sumber: Data tenaga lapangan Medion, 2009
Meskipun kasus penyakit ini lebih sering ditemukan pada peternakan ayam pedaging, bukan berarti peternakan ayam petelur dapat luput dari infeksi penyakit ini. Kasus leucocytozoonosis pada ayam petelur memang jarang terjadi, tetapi jika leucocytozoonosis menyerang maka tingkat kematiannya bisa mencapai 30%. Selain itu juga menyebabkan peningkatan nilai FCR dan penurunan produksi telur. Persentase kejadian leucocytozoonosis pada ayam petelur tahun 2009 sekitar 17,86% (Data tenaga lapangan Medion, 2009). Pada fase pullet, leucocytozoonosis bisa menimbulkan kematian. Ayam yang masih muda, daya tahannya masih kurang, jika terserang dapat menyebabkan kematian. Yang lebih berbahaya, jika ayam sudah lebih kuat, gejala klinis tidak terlihat, tetapi parasit protozoa ada di dalam tubuhnya. Ayam inilah yang akan menjadi carrier (pembawa agen penyakit). Derajat keparahan penyakit ini tergantung dari jumlah parasit protozoa di tubuh ayam dan kondisi ayam.
Infeksi kronis leucocytozoonosis terjadi dari hari ke hari melalui unggas yang terinfeksi, walaupun penyebarannya hanya terjadi melalui vektor insekta. Keberadaan parasit leucocytozoon sp. pada vektor insekta hanya bersifat efektif maksimal selama 18 hari. Jika kejadian penyakit berlangsung terus menerus selama musim serangga, maka kejadian tersebut mungkin disebabkan oleh adanya generasi penerus lalat hitam dan nyamuk yang menggigit unggas carrier.
Gejala
Pada gejala yang bersifat akut, proses penyakit berlangsung cepat dan mendadak. Suhu tubuh yang sangat tinggi akan dijumpai pada 3-4 hari post infeksi, kemudian diikuti dengan anemia akibat rusaknya sel-sel darah merah, kehilangan nafsu makan (anoreksia), lesu dan lemah serta lumpuh.
Ayam yang terinfeksi parasit protozoa dapat mengalami muntah darah, mengeluarkan feses berwarna hijau dan mati akibat perdarahan. Infeksi Leucocyztooon caulleryi dapat mengakibatkan muntah darah dan perdarahan atau kerusakan yang parah pada ginjal. Kematian biasanya mulai terlihat dalam waktu 8-10 hari pasca infeksi. Ayam yang terinfeksi dan dapat bertahan akan mengalami infeksi kronis dan selanjutnya dapat terjadi gangguan pertumbuhan dan produksi.
Ayam mengalami muntah darah (a); titik-titik perdarahan pada paha (b); dan otot dada (c)
(Sumber : Dok Medion)
Ayam yang terinfeksi protozoa ini akan menunjukkan adanya perdarahan dengan ukuran yang sangat bervariasi pada kulit, jaringan subkutan, otot dan berbagai organ, misalnya ginjal, hati, paru-paru, usus dan bursa Fabricius. Hati dan ginjal biasanya membengkak dan berwarna merah hitam. Ayam muda di bawah umur 1 bulan (mulai umur 15 hari) lebih rentan terserang, biasanya mulai terlihat setelah 1 minggu terinfeksi. Beberapa penyakit yang memiliki gejala mirip dengan leucocytozoonosis diantaranya ND, AI, ILT, kolera, Gumboro dan keracunan sulfonamida. Diagnosa banding penyakit tersebut dengan penyakit leucocytozoonosis diantaranya :
• Perdarahan pada ayam terserang leucoytozoonosis berbentuk bintik sedangkan pada serangan Gumboro berbentuk garis
• Muntah darah pada kasus ILT berasal dari perdarahan saluran pernapasan, sedangkan muntah darah pada leucocytozoonosis berasal dari perdarahan saluran pencernaan
• Pada kasus serangan ND, AI dan kolera terlihat berak hijau lumut (diare) dengan gumpalan putih sedangkan pada serangan leucocytozoonosis terlihat berak hijau dengan gumpalan putih tetapi tidak encer/tidak diare
Pemeriksaan Laboratorium
Penyakit leucocytozoonosis, selain murni, seringkali timbul disertai dengan komplikasi, baik dengan penyakit viral, bakterial maupun penyakit protozoa lainnya. Pada kasus di lapangan, penyakit ini biasanya ditemukan bersama-sama dengan Gumboro sebagai penyakit primer atau sebagai infeksi sekunder. Selain itu bisa juga berkomplikasi dengan penyakit seperti korisa, CRD dan colibacillosis. Pada tahun 2009, kejadian murni penyakit leucocytozoonosis mencapai 85,71%, sedangkan yang disertai komplikasi mencapai 14,29% (Data tenaga lapangan Medion, 2009).
Preparat sampel darah yang mengandung sporozoit
(sumber : www.priory.com)
Tanda-tanda gejala klinis dan hasil bedah bangkai yang diperlihatkan pada kasus murni, komplikasi dan beberapa kasus penyakit lain seringkali juga mirip, sehingga perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk memantapkan diagnosa. Pemeriksaan dilakukan dengan mengambil sampel darah untuk pemeriksaan adanya sporozoit Leucocytozoon sp. Hal ini bisa dilakukan di Medilab (laboratorium Medion) yang tersebar di beberapa wilayah di Indonesia.
Tindakan Pencegahan dan Pengendalian
Dalam menentukan usaha pencegahan, pengendalian dan pemberantasan penyakit parasit, maka pengetahuan tentang ekologi parasit tidak boleh diabaikan. Dalam mempelajari ekologi parasit, setidaknya ada faktor-faktor yang berperan antara lain parasit, hospes (ternak) dan lingkungan yang saling mempengaruhi dan berhubungan dalam mempengaruhi persentase kejadian atau tingkat infeksi penyakit di lapangan (peternakan) (Brotowidjojo, 1987).
Faktor parasit yang dominan antara lain siklus hidup dan viabilitas (daya tahan hidup). Faktor hospes yang paling dominan mempengaruhi ekologi parasit antara lain umur, ras, jenis kelamin, status imunitas dan status nutrisi. Lingkungan juga merupakan faktor yang sangat penting dan komplek dalam mempengaruhi ekologi parasit. Faktor lingkungan yang berpengaruh antara lain musim, curah hujan, suhu, sinar matahari, keadaan goegrafi serta tata laksana peternakan.
Tindakan dalam pencegahan leucocytozoonosis yang dianggap paling efektif adalah menekan atau mengeliminasi vektor biologis (insekta). Variasi umur ayam pada suatu lokasi peternakan perlu ditekan untuk menghindari adanya kelompok umur yang bertindak sebagai carrier. Jika ayam carrier dapat dihilangkan, maka vektor serangga tidak dapat membawa dan menularkan parasit Leucocytozoon sp. tersebut pada ayam lain yang lebih muda. Pengendalian larva lalat hitam dapat juga dilakukan dengan pemberian Larvatox. Contoh tindakan pencegahan yang dapat diaplikasikan diantaranya sebagai berikut :
1. Perubahan lingkungan untuk atasi vektor serangga (insekta). Tujuannya ialah mengubah lingkungan peternakan menjadi tempat yang tidak ideal bagi serangga untuk menetap. Penanganan serangga dapat secara khusus atau sesuai jenis serangga dan atau secara umum yaitu perbaikan manajemen tata laksana peternakan. Secara khusus, misalnya terhadap lalat. Karena lalat senang dengan tumpukan feses, maka pembersihan feses harus dilakukan minimal seminggu sekali yang didasarkan pada daur hidup lalat yaitu 7-10 hari. Upayakan pembersihan feses lebih sering saat musim hujan agar feses tidak basah. Usahakan pula agar atap kandang tidak bocor saat hujan. Hindari semak-semak dan air menggenang di sekeliling areal peternakan. Air minum hendaknya rutin diganti setiap hari agar tidak dijadikan tempat berkembangbiaknya lalat dan nyamuk. Tindakan lain dapat pula dilakukan adalah penyemprotan insektisida (fogging) di areal peternakan, pemotongan rumput liar, penguburan barang-barang/ kaleng-kaleng bekas dan pembersihan selokan. Penanganan secara umum misalnya melakukan manajemen tata laksana kandang, air, dan pakan yang baik. Ransum dengan kandungan protein kasar dan garam tinggi dapat mendorong ayam minum lebih banyak sehingga feses ayam menjadi lebih encer (basah). Penambahan kapur gamping ke tumpukan feses, selain memperbaiki pH juga memperbaiki daya serap air sehingga feses menjadi lebih kering dan menghindari lalat berkembang biak dalam feses.
Desinfeksi dan fogging kandang
(sumber : Dok.Medion)
2. Ciptakan suasana nyaman bagi ayam dengan cara mengelola lingkungan peternakan dengan baik. Contoh tindakan yang dapat dilakukan adalah mengatur kepadatan kandang agar tidak terlalu padat, jaga kondisi litter agar tidak lembab, kontrol ventilasi kandang dan lakukan sistem “all in all out” dalam menjalankan usaha peternakan. Penggunaan kipas pada kandang ayam juga dapat membantu menekan populasi serangga.
3. Melakukan sanitasi kandang saat tiba masa istirahat kandang, dengan cara kandang dibersihkan, lalu dicuci dan disemprot dengan Antisep, Zaldes, Formades atau Sporades. Membatasi jumlah tamu masuk ke areal kandang, mencegah hewan liar dan hewan peliharaan masuk ke lingkungan kandang.
4. Peralatan peternakan seperti tempat minum, tempat ransum dan lainnya di cuci sampai bersih. Kemudian rendam selama 30 menit dalam larutan Medisep 15 ml per 10 liter air dan lakukan 4 hari sekali. Majukan dan mundurkan jadwal desinfeksi jika harinya bersamaan dengan jadwal vaksinasi.
5. Berikan vitamin pada ayam seperti Fortevit, Aminovit dan Vita Stress untuk menambah stamina dan daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit.
6. Pada wilayah-wilayah endemik yang sebelumnya pernah terjangkit penyakit leucocytozoonosis diperlukan usaha pencegahan yang lebih ekstra. Tindakan yang dapat diberikan yaitu melalui pemberian obat. Berdasarkan data tenaga lapangan Medion (2009) diketahui bahwa leucocytozoonosis mulai menyerang ayam pedaging pada umur 3 minggu dan kasus terbanyak pada umur 5 minggu. Untuk itu, salah satu langkah pencegahan yang dapat dilakukan yaitu melalui pemberian Maladex 2 minggu sebelum umur serangan. Dosis pencegahannya yaitu: 0,1 ml tiap kg bobot badan atau 1 ml tiap 2 liter air minum, diberikan selama 2 hari setiap minggu.
Jika ayam sudah memperlihatkan gejala klinis penyakit leucocytozoonosis, langkah terbaik ialah segera melakukan pengobatan secara tuntas. Kunci utama dalam pengobatan adalah membasmi parasit Leucocytozoon sp. yang merupakan penyebab utama penyakit ini. Langkah penanganan pertama pada ayam sakit ialah dengan mengurangi atau menghindari kontak langsung antara ayam sakit dengan nyamuk Culicoides sp. dan lalat hitam Simulium sp. karena penyakit ini dapat ditularkan oleh kedua serangga tersebut.
Tabel 3. Persentase umur serangan leucocytozoonosis pada ayam pedaging tahun 2009
Sumber: Data tenaga lapangan Medion, 2009
Contoh obat yang bisa digunakan untuk mengobati leucocytozoonosis adalah Maladex. Senyawa kemoterapeutik dari Maladex diketahui ampuh membasmi parasit Leucocytozoon sp. yang menginfeksi ayam. Maladex memutus siklus hidup Leucocytozoon sp. pada stadium sporozoite dan schizogony, dengan menghambat sintesis asam folat yang dibutuhkan dalam proses sintesis DNA.
Maladex, obat berbentuk cair untuk mengobati Leucocytozoonosis
(Sumber : Dok Medion)
Dosis pengobatannya: 0,2 ml tiap kg bobot badan atau 1 ml tiap liter air minum, diberikan selama 2-4 hari, kemudian dilanjutkan dengan dosis pencegahan yaitu : 0,1 ml tiap kg bobot badan atau 1 ml tiap 2 liter air minum, diberikan selama 2 hari setiap minggu. Selain itu, bisa juga diberikan Coxy dosis 0,2 gram tiap 1 kg bobot badan atau 1 gram per liter air minum selama 5-7 hari atau Antikoksi dengan dosis 0,3 ml tiap 1 kg bobot badan atau 1,5 ml per liter air minum selama 5-7 hari. Setelah pengobatan selesai, berikan Vita Stress atau Aminovit guna membantu pemulihan penyakit dan meningkatkan stamina tubuh ayam. Jangka waktu pengobatan penyakit leucocytozoonosis tergolong lama dan membutuhkan waktu berminggu-minggu. Hal itu disebabkan karena siklus hidup parasit Leucocytozoon sp. sangat panjang. Siklus hidup Leucocytozoon sp. Sekitar 1 bulan lebih (Brotowidjojo, 1987). Pengobatan terhadap penyakit leucocytozoonosis akan lebih efektif jika dilakukan secara simultan dengan tindakan pencegahan penyebaran Leucocytozoon sp. Mengingat bahwa leucocytozoonosis kerap kali diikuti oleh infeksi sekunder dengan bakteri, maka ayam yang terserang penyakit tersebut dapat juga diberi obat antibakteri yang sesuai, seperti Duoko. Setelah pengobatan dilanjutkan dengan tindakan pencegahan seperti yang tercantum pada point 1 tindakan pencegahan dan pengendalian.
Demikian ulasan yang bisa kami berikan. Semoga artikel ini bisa membantu usaha peternakan Anda. Sekali lagi, waspadalah terhadap outbreak Leucocytozoonosis dan lakukan pencegahan sedini mungkin. Sukses!
Info Medion Edisi Oktober 2010
Jika Anda akan mengutip artikel ini, harap mencantumkan artikel bersumber dari Info Medion Online (http://info.medion.co.id).
Pemberian suplemen vitamin bagi ayam
Pemberian suplemen vitamin bagi ayam di suatu peternakan sudah menjadi hal yang wajib, bahkan terprogram secara rutin. Tapi jika peternak ditanya mengapa mereka memberikan vitamin pada ayamnya, maka alasannya pun beragam. Ada yang sekadar memenuhi “program” manajemen pemeliharaan yang disusun oleh kelompok inti (bagi plasma kemitraan). Ada pula yang memberikan alasan kuat, yaitu karena tingkat stres lingkungan sedang tinggi.
Mengenai kebutuhan vitamin bagi ayam, sebenarnya pakan jadi yang dijual di pasaran sudah ditambahkan vitamin oleh pihak pabrik pakan sesuai standar kebutuhan vitamin masing-masing ayam. Akan tetapi, mengandalkan asupan vitamin hanya dari pakan saja ternyata tidak cukup, sehingga peternak kadang masih perlu menambahkan vitamin lewat air minum. Sebelum membahas apa alasannya, berikut kami berikan penjelasan terlebih dahulu mengenai peran vitamin secara umum.
Jenis-jenis Vitamin
Vitamin dibutuhkan ayam dalam jumlah sedikit, namun memiliki pengaruh yang sangat penting terhadap metabolisme. Berdasarkan kelarutannya, vitamin terbagi menjadi 2, yaitu vitamin larut dalam lemak (vitamin A, D, E dan K) dan vitamin larut dalam air (vitamin B kompleks dan vitamin C). Vitamin larut lemak bisa dideposisi/disimpan dalam tubuh jika terjadi kelebihan asupan. Sedangkan kelebihan vitamin larut air akan dibuang melalui feses/kotoran.
Meskipun kelebihan vitamin larut lemak bisa disimpan di dalam tubuh, namun ketersediaannya dalam pakan tetap harus tercukupi. Sebab jika terjadi kekurangan, untuk merombak kembali vitamin tersebut agar bisa digunakan oleh tubuh, dibutuhkan energi dan waktu yang lama.
Secara umum, peranan vitamin dalam tubuh ayam di antaranya:
• Vitamin A berfungsi dalam proses pertumbuhan, stabilitas jaringan epitel pada membran mukosa saluran pencernaan, pernapasan, saluran reproduksi, serta mengoptimalkan indera penglihatan.
• Vitamin B kompleks (vitamin B1 sampai B12) berfungsi sebagai koenzim dan membantu berbagai proses metabolisme nutrisi, mulai dari karbohidrat, protein dan lemak.
• Vitamin C berfungsi dalam metabolisme sel dan sebagai anti oksidan.
• Vitamin D menjaga rasio level kalsium dan fosfor dalam darah. Rasio ini mempengaruhi pembentukan kerangka normal, kekerasan paruh dan cakar serta kekuatan kerabang telur yang terbentuk.
• Vitamin E untuk meningkatkan fertilitas, menjaga agar pertumbuhan embrio normal, dan sebagai antioksidan.
• Vitamin K berfungsi dalam pembentukan protrombin yang nantinya digunakan untuk pengaturan proses pembekuan darah.
Kebutuhan Vitamin
Seperti telah dijelaskan di awal bahwa vitamin merupakan nutrien mikro yang biasanya sudah ada di dalam pakan ayam. Seorang ahli nutrisi (nutrisionis, red) dari pabrik pakan akan menghitung ketersediaan vitamin dalam pakan yang disusunnya setelah semua nutrien utama terpenuhi kebutuhannya.
Dahulu, nutrisionis memenuhi kebutuhan vitamin dalam pakan menggunakan standar nutrient requirement yang dikeluarkan oleh NRC (National Research Council), sebuah lembaga riset nasional dari Amerika, ataupun ARC (Agricultural Research Council) dari Inggris. Namun saat ini standar tersebut tidak menjadi nilai mutlak sebagai satu-satunya yang harus dipenuhi. Pasalnya, jika dibandingkan dengan standar kebutuhan vitamin yang dikeluarkan NRC itu, level vitamin yang secara nyata dibutuhkan ayam jauh lebih tinggi nilainya.
Standar yang dikeluarkan NRC merupakan kebutuhan vitamin pada kondisi normal, dimana semua parameter seperti suhu lingkungan dan kesehatan ayam masih terkontrol dengan baik. Pemberian vitamin ini hanya bertujuan mencukupi kebutuhan pokok ayam. Sementara kondisi di lapangan tidaklah demikian, berubah-ubah, sehingga level pemberian vitamin pun harus ditingkatkan untuk mengimbangi perkembangan tantangan kondisi lingkungan yang tak sebagus di laboratorium, stres manajemen, penyakit, serta kondisi lainnya.
Vitamin Mudah Rusak
Pada berbagai publikasi ilmiah terapan, Steve Leeson (2010) menyatakan bahwa vitamin dalam pakan (bahan baku pakan, pakan jadi, maupun premiks vitamin) bisa rusak dan menurun kadarnya akibat faktor penyimpanan, kelembaban, dan pH yang tidak sesuai, serta oleh proses pemanasan dan interaksi dengan senyawa logam. Menyadari risiko tersebut, sebaiknya premiks vitamin atau pakan disimpan pada suhu 25ÂșC, kelembaban 70%, serta terhindar dari sinar matahari langsung.
Di tingkat pabrik pakan, kerusakan vitamin karena proses pemanasan dengan suhu tinggi sudah bisa diatasi melalui aplikasi teknologi coating (pembungkusan) dan beadled (perlindungan berlapis) menggunakan bahan kimia tertentu sebelum premiks vitamin tersebut diproses. Bahan kimia yang digunakan pun sudah diteliti tidak akan menggangu pencernaan karena bisa larut oleh asam lambung.
Defisiensi Vitamin
Karena vitamin bersifat mudah rusak, maka sulit bagi kita menjamin bahwa kadarnya akan stabil dalam pakan, terlebih jika pakan menjalani proses pengangkutan yang cukup jauh atau penyimpanannya tidak sesuai. Apabila terjadi kekurangan vitamin pada ayam, maka gejala kekurangan/ defisiensi vitamin pun kadangkala akan muncul. Beberapa gejala defisiensi vitamin ini dapat dilihat pada Tabel 2.
Salah satu contohnya, pada kasus defisiensi vitamin B kompleks bisa terjadi penurunan fungsi saraf, metabolisme energi, pertumbuhan dan produksi, sebab vitamin B kompleks merupakan grup pembentuk ko-enzim.
Sementara gejala defisiensi vitamin C pada ayam sangat jarang terjadi sebab ayam memiliki enzim l-glukolaktone oksidase yang berfungsi mensistesis vitamin C (asam askorbat) dari glukosa. Suplementasi vitamin C diperlukan pada saat tertentu, terutama saat kondisi lingkungan (suhu dan kelembaban) tiba-tiba berubah atau stres akibat perlakuan (vaksinasi, pindah kandang, ganti ransum, dll), karena proses sintesis vitamin C tidak secepat perubahan lingkungan yang terjadi.
Meski demikian, jangan terlalu sering memberikan vitamin C murni dalam dosis tinggi pada ayam. Hal tersebut merupakan pemborosan karena kelebihannya oleh tubuh akan dibuang. Lebih dari itu, pada layer, pembuangan kelebihan vitamin B dan C yang terjadi secara terus-menerus akan membebani ginjal karena masa produksi layer lebih panjang.
Vitamin Bisa Meracuni
Dampak negatif vitamin tidak hanya muncul bila terdapat defisiensi. Vitamin juga memiliki efek toksik jika pemberiannya berlebihan. Contohnya, jika pemberian vitamin A dilakukan secara berlebihan, 4 – 10 kali lipat dari kebutuhan normal, maka unggas akan mengalami keracunan.
Peternak juga harus memperhatikan pemberian vitamin fat soluble (larut lemak), karena memiliki ambang toksisitas (level ambang batas meracuni) lebih rendah dibanding vitamin larut air. Jika dibandingkan dengan vitamin A, E dan K, ambang toksisitas paling rendah adalah vitamin D. Ambang toksisitas vitamin larut air jika dibandingkan vitamin larut lemak jauh lebih tinggi karena bisa dibuang oleh tubuh.
Kasus kelebihan vitamin, misalnya kelebihan vitamin D pada unggas akan menimbulkan gejala klinis berupa kotoran berwarna putih karena terjadi proses pengapuran tulang diiringi penurunan konsumsi pakan. Sementara itu, keracunan vitamin A dapat menyebabkan kerusakan hati.
Di lapangan sendiri, kasus keracunan vitamin bisa terjadi jika dosis pemberian vitamin menyalahi aturan dan pencampurannya ke dalam pakan tidak merata. Hal ini sangat berisiko terjadi pada peternak layer self mixing (memformulasikan sendiri pakannya).
Aplikasi Pemberian Vitamin
Seperti telah dijelaskan di awal bahwa saat ayam stres atau mengalami penurunan nafsu makan, peternak perlu menambahkan suplemen vitamin melalui air minum. Jenis vitamin yang harus diberikan tergatung pada masa pertumbuhan ayam dan tingkat stres yang muncul. Berikut contoh program pemberian vitamin yang bisa diaplikasikan di farm broiler (Tabel 3):
- Secara teknis, sesaat setelah DOC datang ke kandang (chick in), selain air gula, peternak juga perlu memberikan larutan vitamin dengan kandungan vitamin B dan C yang cukup tinggi untuk membantu proses awal metabolisme serta mengatasi stres perjalanan. Contohnya, dengan memberikan Vita Chicks atau Strong n Fit. Di dalam Vita Chicks, selain vitamin juga terkandung antibiotik bacitracin MD yang bekerja menghancurkan bakteri patogen dalam saluran pencernaan anak ayam sehingga mampu meningkatkan penyerapan nutrisi sejak awal pemeliharaan. Sedangkan Strong n Fit mengandung L-cartinin yang membantu penyerapan kuning telur sehingga penyerapan nutrisi dari kuning telur berjalan lebih baik dan transfer kekebalan dari induk lebih optimal.
- Memasuki minggu ke-II hingga ke-III, berikan vitamin dengan kandungan vitamin B dan C cukup tinggi, namun di lengkapi pula dengan asam amino. Tujuannya untuk memaksimalkan pertumbuhan berat badan melalui pemanfaatan vitamin serta asam amino. Kita tahu bahwa kebutuhan asam amino ayam umur muda untuk pembelahan dan perkembangan sel tubuh jauh lebih tinggi dibanding ayam tua (fase finisher, red). Contoh produk vitamin yang bisa diberikan adalah Broiler Vita atau Solvit.
- Khusus pada saat-saat tertentu dimana cekaman stres agak tinggi, misalnya ketika menjelang dan setelah pelebaran sekat kandang, turun sekam, lepas pemanas, sebelum dan sesudah vaksinasi, berikan vitamin B dan C dosis tinggi. Contohnya, Fortevit atau Vita Stress yang mampu mengatasi stres serta meningkatkan daya tahan tubuh ayam terhadap cekaman stres yang muncul.
- Setelah memasuki minggu ke-IV hingga panen, vitamin tambahan seperti Neobro, Strong n Fit atau Solvit masih perlu diberikan terutama untuk memaksimalkan metabolisme lemak menjadi energi dan deposisi daging.
Program pemberian vitamin ayam layer pada periode starter hampir sama dengan broiler, namun ketika masuk periode grower dan layer, akan lebih rumit jadwalnya. Umur pemeliharaan yang panjang serta program vaksinasi yang kompleks juga menyebabkan layer lebih sering mengalami stres dibanding broiler.
Menurut McDowell (1989), kebutuhan vitamin antara ayam broiler dan layer periode produksi, sangatlah berbeda sesuai dengan fungsi metabolisme dan target produksinya. Pada broiler, nutrisi difokuskan untuk pembentukan otot daging dan lemak. Sedangkan pada layer, selain untuk pertumbuhan bobot badan, nutrisi juga digunakan untuk proses reproduksi serta pembentukan telur. Karena perbedaan target itulah maka ayam layer biasanya membutuhkan vitamin lebih tinggi dibanding broiler. Contoh program pemberian vitamin pada ayam layer kami tampilkan pada Tabel 4.
Dari seluruh bahasan di atas bisa disimpulkan bahwa vitamin merupakan salah satu nutrisi mikro yang berperan penting bagi proses metabolisme tubuh. Oleh karena itu, jangan biarkan ayam mengalami kasus defisiensi vitamin. Lakukan tindakan suplementasi vitamin sekarang juga. Salam.
Info Medion Edisi Juni 2013
Jika Anda akan mengutip artikel ini, harap mencantumkan artikel bersumber dari Info Medion Online (http://info.medion.co.id).
SISTEM PERKANDANGAN ITIK PETELUR
SISTEM PERKANDANGAN ITIK PETELUR
Di Indonesia masih banyak ternak itik dipelihara secara tradisional yaitu dengan mengembalakan itik di sawah atau di tempat-tempat yang banyak air. Dengan semakin sempitnya areal pengembalaan dan banyaknya kasus kematian ternak akibat keracunan pestisida, maka pemeliharaan cara ini makin terancam kelestariannya.
Salah satu usaha yang dipandang mampu mengatasi masalah ini adalah dengan mengalihkan sistem pemeliharaan dari sistem tradisional ke sistem intensif yaitu dengan cara beternak itik tanpa air atau di kandangkan, ini lebih menguntung¬kan karena kesehatan dan keselamatan itik lebih terjamin. Selain itu, produktivitas telur lebih tinggi serta biaya pemeliharaan lebih efisien.
Banyak penelitian membuktikan bahwa itik tidak mutlak membutuhkan air untuk berenang. Terbukti bahwa pemeliharaan itik secara intensif dan terkurung dapat mencapai produksi yang optimal yaitu sebanyak 203 butir/tahun/ekor, sedangkan yang digembalakan hanya menghasilkan telur sebanyak 124 butir/tahun.
Syarat Perkandangan
Kandang merupakan tempat kediaman ternak dan dari kandang tersebut, ternak memperoleh manfaat. Agar pembuatan kandang tersebut benar-benar menghasilkan manfaat yang sebesar¬-besarnya bagi itik, maka diperlukan pengetahuan tentang perkandangan antara lain:
1. Kandang harus dapat memberikan kenyamanan bagi itik, artinya tidak menyebabkan itik gelisah dan mudah terkejut.
2. Kandang harus memberikan kesehatan bagi itik yang ada di dalamnya (tingkat kematian itik dalam kandang rendah).
3. Kandang yang dibangun harus memberi¬kan hasil bagi peternak berupa telur yang lebih banyak daripada pemeliharaan tanpa kandang.
4. Dalam membangun kandang hendaknya tidak mengganggu peternak dan keluarganya. Sebaliknya keluarga peternak juga tidak mengganggu itik tersebut.
5. Kandang yang dibangun itu harus memenuhi syarat ekonomis, artinya tidak terlalu mahal tetapi memenuhi syarat di atas.
Jenis Kandang
1. Kandang Itik Sistem Terkurung
Kandang ini sesuai bagi itik komersial untuk produksi telur konsumsi. Lantai kandang dapat terbuat dari tanah yang dipadatkan, bagian atas dilapisi kapur dan barulah diletakkan alas berupa kulit padi atau bekas serutan gergaji. Kelemahannya adalah bila alas kandang basah karena tumpahan air minum, agak sulit untuk membersihkan dan mengeringkannya terutama pada daerah yang kelembaban¬nya terlalu tinggi, hal ini akan menyebabkan timbulnya penyakit.
2. Kandang Itik Sistem Pekarangan
Kandang itik sistem ini merupakan kombinasi antara terkurung dengan sistem lepas. Lantai kandang padat yang dilapisi sekam padi. Atap kandang yang cocok adalah atap satu muka dengan lubang angin di atasnya. Pada pekarangan yang disediakan itulah terdapat tempat pakan dan minuman itik. Sedikit pelindung akan berguna melindungi itik dari teriknya matahari dan hujan. Sekitar pekarangan dibuat pagar dengan tinggi � 75 cm.
3. Kandang Itik Sistem Baterai
Kandang sistem ini mirip sekali dengan kandang baterai untuk ayam petelur yaitu kandang individual. Semua kandang baterai dikumpulkan pada satu tempat dan diberi atap serta dindingnya dipagar dengan bambu anyaman atau kawat.
Kandang yang Ideal
Kandang yang diarahkan ke timur dengan maksud untuk memberikan kesempatan sinar matahari pagi masuk ke dalam kandang, dengan demikian diharapkan ruangan kandang menjadi sehat dan cukup terang. Tinggi kandang dibuat tidak kurang dari 2 meter, sehingga peternak tidak perlu membungkukkan badan pada saat melakukan pekerjaan di dalam kandang. Dinding kandang sebaiknya ditutup tembok/bambu setinggi 60 cm dari lantai, sedangkan sisanya dibiarkan terbuka cukup ditutup dengan kawat atau bilah-bilah bambu.
Hal lain yang menjadi penentu ideal tidaknya kandang yang kita dirikan adalah luasan kandang serta daya tampungnya. Sebagai patokan tiap satu meter persegi kandang bisa didiami dengan 4 ekor itik dewasa (umur > 6 bulan) dengan rumus sebagai berikut:
Jumlah itik yang akan dipelihara = Luas kandang yang
4 diperlukan (m2)
atau
Panjang kandang (m) X lebar (m) X 4 = Jumlah itik yang dipelihara
Sumber: LIPTAN BPTP JAKARTA, No.:06/LIPTAN/BPTP JKT/2001
KELOMPOK TANI TERNAK MANDIRI
Lamp : 1 (satu) Bundel
Hal : SURAT PEMBERITAHUAN Kepada Yang Terhormat
Balai Penyuluh
Kecamatan Labuan Amas Utara
Di –
Tempat
Assalamu’alaikum. Wr. Wb.
Salam sejahtera teriring do’a semoga kita selalu dalam limpahan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya dalam menjalankan aktivitas sehari-hari. Amien…
Sehubungan pembentukan kelompok tani ternak mandiri beserta penujukan pengurus oleh anggota yang hadir dengan di hadiri oleh salah satu unsur Balai Penyuluh Kecamatan Labuan Amas Utara dengan susunan kepengurusan sebagaimana terlampir
Demikian surat pemberitahuan ini kami sampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya kami ucapkan terima kasih.
Billahittaufiq Wal Hidayah
Wassalamu’alaikum. Wr. Wb.
Kasarangan , 05 Januari 2015 M
PENGURUS
KELOMPOK TANI TERNAK MANDIRI
Ketua
M. Edwan Ansari
Sekretaris
M. Basid Rizali
BERITA ACARA
Pada hari senin, 01 Desember 2014, pukul 14.00 Wita, bertempat di rumah saudara Ardaniansyah, di adakan rapat pembentukan kelompok tani ternak yang di beri nama mandiri beserta penujukan pengurus oleh anggota yang hadir dengan di hadiri oleh salah satu unsur Balai Penyuluh Kecamatan Labuan Amas Utara dengan susunan kepengurusan sebagaimana terlampir.
Demikian berita acara ini kami buat dan semoga dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Kasarangan , 01 Desember 2014 M
PIMPINANAN RAPAT PEMBENTUKAN
KELOMPOK TANI TERNAK MANDIRI
Ketua
M. Edwan Ansari
Sekretaris
M. Basid Rizali
Unsur Balai Penyuluh
Kecamatan Labuan Amas Utara
Arderian Nahdi
Pembakal Desa Kasarangan
Bahid Muhaidi
KELOMPOK TANI TERNAK MANDIRI
Penasehat : Pembakal Desa Kasarangan
Ketua : M. Edwan Ansari
Sekretaris : M. Basid Rizali
Bendahara : Sarbawi
Anggota :
1. Ardaniansyah
2. M. yamani
3. M. Aliansyah
4. Zainudin
5. Jumiati
6. Samsuni
7. Udriansyah
8. Abdul Malik
Kasarangan , 01 Desember 2014 M
PENGURUS
KELOMPOK TANI TERNAK MANDIRI
Ketua
M. Edwan Ansari
Sekretaris
M. Basid Rizali
Unsur Balai Penyuluh
Kecamatan Labuan Amas Utara
Arderian Nahdi
Pembakal Desa Kasarangan
Bahid Muhaidi
DAFTAR HADIR
KELOMPOK TANI TERNAK MANDIRI
Agenda :………………………
Hari/Tanggal :………………………
Tempat :………………………
No Nama Alamat Tanda tangan
1 1
2 2
3 3
4 4
5 5
6 6
7 7
8 8
9 9
10 10
11 11
12 12
13 13
14 14
15 15
16 16
17 17
18 18
19 19
20 20
ELOMPOK TANI TERNAK MANDIRI
1. PENDAHULUAN
Permasalahan krisis ekonomi telah menimbulkan kemiskinan dan pengangguran, sehingga kalau masalah ini tidak kita carikan jalan keluarnya justru akan menimbulkan permasalahan baru yang akan lebih kompleks, karena kita ketahui bersama bahwa sangat pentingnya pondasi ekonomi yangn kuat bagi kehidupan masyarakat, maka penanganannya pun harus dilakukan dengan serius karena melihat dampak- dampak yang akan ditimbulkannya.
Betapa sangat pentingnya sector ekonomi riil bagi kehidupan masyarakat. Tidak sedikit masyarakat yang menjadi korban karena permasalahan tersebut, untuk itulah kami memandang penanganannya sangat mendesak sekali untuk segera ditanggulangi. Karena pemenuhan akan hajat hidup masyarakat miskin terutama penataan terhadap ekonomi riil yang ada tidak hanya berdampak pada permasalahan pemenuhan hajat hidup masyarakat, namun disisi lain berdampak pada pemutusan aktivitas yang dilakukan karena pemenuhan akan kebutuhan hajat hidup terletak pada kemampuan dan keseriusan pemerintah dalam menata pondasi ekonomi masyarakat sebagai sumber yang saling terkait dengan rantai kehidupan manusia.
Perlunya penanganan serius dari permasalahan kebutuhan sector riil akan dapat diselesaikan dengan tidak hanya membangun wacana bagi masyarakat, akan tetapi bagaimana kita mampu membuat perencanaan dan pengelolaannya dengan matang dan dalam prosesnya sangat terkait dengan kebutuhan- kebutuhan akan sector yang lainnya terutama penyediaan infrastruktur dan permodalan yang dapat menggairahkan dan menggerakan roda perekonomian masyarakat terutama kelompok usaha kecil menengah serta melakukan pembenahan system manajemen dan pengawasan yang ketat guna menunjang keberlangsungan program tersebut.
Untuk itulah kami sangat mengharapkan Pemerintah Daerah Kabupaten ( PEMDA), khususnya dapat membantu kami untuk membangun usaha riil, tepatnya menyediakan permodalan untuk menata sector ekonomi kecil guna menumbuhkan roda usaha bagi masyarakat kecil karena dalam penyediaan modal tersebut kami menghadapi kendala, besar harapan kami kiranya Pemerintah Daerah kabupaten dapat memberikan dukungan permodalan dana karena dalam ukuran kemampuan kami sangat sulit untuk mengupayakannya.
2. MAKSUD DAN TUJUAN PROGRAM
1) Meningkatkan dan mengembangkan budidaya ternak itik;
2) Menambah penghasilan untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari- hari;
3) Pengurangan pengangguran yang berdampak negatiuf;
4) Terbentuknya kekuatan jaringan ekonomi rakyat kecil dalam menyongsong era pasar bebas
5) Masyarakat penganggur dapat memahami dan mengetahui proses berwirausaha dan strategi manajemen usaha
6) Menciptakan peluang kerja baru dan keterampilan kerja bagi masyarakat;
7) Meningkatkan pengetahuan, keterampilan, kreativitas, rasa percaya diri dan wawasan kewirausahaan khususnya pemuda di pedesaan.
Harapan kami program ini dapat mewujudkan masyarakat yang mempunyai semangat kewirausahaan yang tinggi, mandiri dan didasari oleh akhlak yang luhur beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT akan terciptalah masyarakat yang adil dan sejahtera yang diridhoi Allah SWT
3. PROGRAM YANG DIUSULKAN
Bertitik tolak dari kondisi diatas kami memandang perlu bantuan permodalan yang dapat menggairahkan dan menggerakan roda ekonomi masyarakat dalam memenuhi hajat hidup masyarakat secara terus- menerus, sehingga aktivitas masyarakat dapat dilakukan seperti biasanya untuk itu kami ajukan program” Bantuan Pengembangan Usaha Budidaya Ternak Itik”.
4. PENTINGNYA PROGRAM YANG DIUSULKAN
1) Masyarakat sangat membutuhkan pengembangan usaha untuk keperluan pemenuhan kebutuhan rumah tangga dan peningkatan ekonomi;
2) Pengembangan usaha budidaya ternak itik merupakan sumber penghasilan yang dapat menunjang kehidupan masyarakat yang mana pemerintah berkewajiban menjamin dan mengupayakan permodalannya;
3) Masyarakat rata- rata kurang mampu untuk biaya melanjutkan pendidikan;
4) Untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat;
5) Masyarakat di lokasi sasaran adalah 60% hidup di bawah kemiskinan sehingga penggalian dana swadaya untuk permodalannya sangat tidak memumkinkan.
5. ASPEK PEMASARAN DAN TEKNIK PRODUKSI
1) Potensi pemasaran itik
Potensi pasar untuk usaha peternakan itik di kabupaten garut cukup besar seiring dengan pertumbuhan penduduk dan pendapatan perkapita kabupaten garut semakin meningkat dari tahun ke tahun. Pemasaran ini lebih dialokasikan pada para pedagang, mulai dari pedagang kecil- kecilan sampai ke rumah makan.
2) Kesediaan pakan
Penyediaan pakan yang cukup berkualitas adalah kunci dari keberhasilan usaha program peningkatan produktivitas daging dan telur itik, yang akan kita kembangkan sangat tergantung kepada tersedia atau tidaknya pakan yang baik.
Pakan yang dibutuhkan perhari adalah:
a. Dedak gilingan padi ( huut )
b. BR-11 / Pohphand 594 ( layer )
c. Sagu
3) Kandang dan pemeliharaan
Sistem kandang yang digunakan adalah kandang yang terbuat dari bambu, jerami, dan . atap rumbia.
6. BIAYA PRODUKSI
Di sini akan dibahas kebutuhan investasi dan modal berdasarkan asumsi- asumsi yang telah di tuangkan dalam aspek teknis , sebagai berikut:
No Jumlah Harga Satuan (Rp) Jumlah (Rp)
1 Pembelian itik betina 1000 20.000 20.000.000
2. Pembelian itik jantan 100 15.000 15.000.000
3. Biaya pakan BR-11 10 350.000 3.500.000
4. Kandang 3.000.000 3.000.000
5 Tempat minum 20 15.000 300.000
6 Tempat makan 20 15.000 300.000
Jumlah Total 42.100.000,-
Jadi, Total Biaya yang Diperlukan Untuk Kelancaran dan Suksesnya Kegiatan ini adalah sebesar Rp. 42.100.000,- ( Terbilang : Empat Puluh Dua Juta Seratus Ribu Rupiah )
7. PENUTUP
Berdasarkan abstaksi di atas tersebut, kami atas nama pengurus kelompok berharap kepada semua pihak dapat membantu terlaksananya usaha tersebut dan memberikan dukungan sepenuhnya, baik dukungan financial maupun pembinaan, demi keberhasilan usaha tersebut, khususnya dari pemerintah daerah. Atas perhatian dan kerjasamanya kami sampaikan banyak terima kasih.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
KEANGGOTAAN KELOMPOK TANI TERNAK MANDIRI
No Nama Alamat Tanda tangan
1 1
2 2
3 3
4 4
5 5
6 6
7 7
8 8
9 9
10 10
11 11
12 12
13 13
14 14
15 15
16 16
17 17
18 18
19 19
20 20
Lamp : 1 (satu) Bundel
Hal : SURAT PEMBERITAHUAN Kepada Yang Terhormat
Balai Penyuluh
Kecamatan Labuan Amas Utara
Di –
Tempat
Assalamu’alaikum. Wr. Wb.
Salam sejahtera teriring do’a semoga kita selalu dalam limpahan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya dalam menjalankan aktivitas sehari-hari. Amien…
Sehubungan pembentukan kelompok tani ternak mandiri beserta penujukan pengurus oleh anggota yang hadir dengan di hadiri oleh salah satu unsur Balai Penyuluh Kecamatan Labuan Amas Utara dengan susunan kepengurusan sebagaimana terlampir
Demikian surat pemberitahuan ini kami sampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya kami ucapkan terima kasih.
Billahittaufiq Wal Hidayah
Wassalamu’alaikum. Wr. Wb.
Kasarangan , 05 Januari 2015 M
PENGURUS
KELOMPOK TANI TERNAK MANDIRI
Ketua
M. Edwan Ansari
Sekretaris
M. Basid Rizali
BERITA ACARA
Pada hari senin, 01 Desember 2014, pukul 14.00 Wita, bertempat di rumah saudara Ardaniansyah, di adakan rapat pembentukan kelompok tani ternak yang di beri nama mandiri beserta penujukan pengurus oleh anggota yang hadir dengan di hadiri oleh salah satu unsur Balai Penyuluh Kecamatan Labuan Amas Utara dengan susunan kepengurusan sebagaimana terlampir.
Demikian berita acara ini kami buat dan semoga dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Kasarangan , 01 Desember 2014 M
PIMPINANAN RAPAT PEMBENTUKAN
KELOMPOK TANI TERNAK MANDIRI
Ketua
M. Edwan Ansari
Sekretaris
M. Basid Rizali
Unsur Balai Penyuluh
Kecamatan Labuan Amas Utara
Arderian Nahdi
Pembakal Desa Kasarangan
Bahid Muhaidi
KELOMPOK TANI TERNAK MANDIRI
Penasehat : Pembakal Desa Kasarangan
Ketua : M. Edwan Ansari
Sekretaris : M. Basid Rizali
Bendahara : Sarbawi
Anggota :
1. Ardaniansyah
2. M. yamani
3. M. Aliansyah
4. Zainudin
5. Jumiati
6. Samsuni
7. Udriansyah
8. Abdul Malik
Kasarangan , 01 Desember 2014 M
PENGURUS
KELOMPOK TANI TERNAK MANDIRI
Ketua
M. Edwan Ansari
Sekretaris
M. Basid Rizali
Unsur Balai Penyuluh
Kecamatan Labuan Amas Utara
Arderian Nahdi
Pembakal Desa Kasarangan
Bahid Muhaidi
DAFTAR HADIR
KELOMPOK TANI TERNAK MANDIRI
Agenda :………………………
Hari/Tanggal :………………………
Tempat :………………………
No Nama Alamat Tanda tangan
1 1
2 2
3 3
4 4
5 5
6 6
7 7
8 8
9 9
10 10
11 11
12 12
13 13
14 14
15 15
16 16
17 17
18 18
19 19
20 20
ELOMPOK TANI TERNAK MANDIRI
1. PENDAHULUAN
Permasalahan krisis ekonomi telah menimbulkan kemiskinan dan pengangguran, sehingga kalau masalah ini tidak kita carikan jalan keluarnya justru akan menimbulkan permasalahan baru yang akan lebih kompleks, karena kita ketahui bersama bahwa sangat pentingnya pondasi ekonomi yangn kuat bagi kehidupan masyarakat, maka penanganannya pun harus dilakukan dengan serius karena melihat dampak- dampak yang akan ditimbulkannya.
Betapa sangat pentingnya sector ekonomi riil bagi kehidupan masyarakat. Tidak sedikit masyarakat yang menjadi korban karena permasalahan tersebut, untuk itulah kami memandang penanganannya sangat mendesak sekali untuk segera ditanggulangi. Karena pemenuhan akan hajat hidup masyarakat miskin terutama penataan terhadap ekonomi riil yang ada tidak hanya berdampak pada permasalahan pemenuhan hajat hidup masyarakat, namun disisi lain berdampak pada pemutusan aktivitas yang dilakukan karena pemenuhan akan kebutuhan hajat hidup terletak pada kemampuan dan keseriusan pemerintah dalam menata pondasi ekonomi masyarakat sebagai sumber yang saling terkait dengan rantai kehidupan manusia.
Perlunya penanganan serius dari permasalahan kebutuhan sector riil akan dapat diselesaikan dengan tidak hanya membangun wacana bagi masyarakat, akan tetapi bagaimana kita mampu membuat perencanaan dan pengelolaannya dengan matang dan dalam prosesnya sangat terkait dengan kebutuhan- kebutuhan akan sector yang lainnya terutama penyediaan infrastruktur dan permodalan yang dapat menggairahkan dan menggerakan roda perekonomian masyarakat terutama kelompok usaha kecil menengah serta melakukan pembenahan system manajemen dan pengawasan yang ketat guna menunjang keberlangsungan program tersebut.
Untuk itulah kami sangat mengharapkan Pemerintah Daerah Kabupaten ( PEMDA), khususnya dapat membantu kami untuk membangun usaha riil, tepatnya menyediakan permodalan untuk menata sector ekonomi kecil guna menumbuhkan roda usaha bagi masyarakat kecil karena dalam penyediaan modal tersebut kami menghadapi kendala, besar harapan kami kiranya Pemerintah Daerah kabupaten dapat memberikan dukungan permodalan dana karena dalam ukuran kemampuan kami sangat sulit untuk mengupayakannya.
2. MAKSUD DAN TUJUAN PROGRAM
1) Meningkatkan dan mengembangkan budidaya ternak itik;
2) Menambah penghasilan untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari- hari;
3) Pengurangan pengangguran yang berdampak negatiuf;
4) Terbentuknya kekuatan jaringan ekonomi rakyat kecil dalam menyongsong era pasar bebas
5) Masyarakat penganggur dapat memahami dan mengetahui proses berwirausaha dan strategi manajemen usaha
6) Menciptakan peluang kerja baru dan keterampilan kerja bagi masyarakat;
7) Meningkatkan pengetahuan, keterampilan, kreativitas, rasa percaya diri dan wawasan kewirausahaan khususnya pemuda di pedesaan.
Harapan kami program ini dapat mewujudkan masyarakat yang mempunyai semangat kewirausahaan yang tinggi, mandiri dan didasari oleh akhlak yang luhur beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT akan terciptalah masyarakat yang adil dan sejahtera yang diridhoi Allah SWT
3. PROGRAM YANG DIUSULKAN
Bertitik tolak dari kondisi diatas kami memandang perlu bantuan permodalan yang dapat menggairahkan dan menggerakan roda ekonomi masyarakat dalam memenuhi hajat hidup masyarakat secara terus- menerus, sehingga aktivitas masyarakat dapat dilakukan seperti biasanya untuk itu kami ajukan program” Bantuan Pengembangan Usaha Budidaya Ternak Itik”.
4. PENTINGNYA PROGRAM YANG DIUSULKAN
1) Masyarakat sangat membutuhkan pengembangan usaha untuk keperluan pemenuhan kebutuhan rumah tangga dan peningkatan ekonomi;
2) Pengembangan usaha budidaya ternak itik merupakan sumber penghasilan yang dapat menunjang kehidupan masyarakat yang mana pemerintah berkewajiban menjamin dan mengupayakan permodalannya;
3) Masyarakat rata- rata kurang mampu untuk biaya melanjutkan pendidikan;
4) Untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat;
5) Masyarakat di lokasi sasaran adalah 60% hidup di bawah kemiskinan sehingga penggalian dana swadaya untuk permodalannya sangat tidak memumkinkan.
5. ASPEK PEMASARAN DAN TEKNIK PRODUKSI
1) Potensi pemasaran itik
Potensi pasar untuk usaha peternakan itik di kabupaten garut cukup besar seiring dengan pertumbuhan penduduk dan pendapatan perkapita kabupaten garut semakin meningkat dari tahun ke tahun. Pemasaran ini lebih dialokasikan pada para pedagang, mulai dari pedagang kecil- kecilan sampai ke rumah makan.
2) Kesediaan pakan
Penyediaan pakan yang cukup berkualitas adalah kunci dari keberhasilan usaha program peningkatan produktivitas daging dan telur itik, yang akan kita kembangkan sangat tergantung kepada tersedia atau tidaknya pakan yang baik.
Pakan yang dibutuhkan perhari adalah:
a. Dedak gilingan padi ( huut )
b. BR-11 / Pohphand 594 ( layer )
c. Sagu
3) Kandang dan pemeliharaan
Sistem kandang yang digunakan adalah kandang yang terbuat dari bambu, jerami, dan . atap rumbia.
6. BIAYA PRODUKSI
Di sini akan dibahas kebutuhan investasi dan modal berdasarkan asumsi- asumsi yang telah di tuangkan dalam aspek teknis , sebagai berikut:
No Jumlah Harga Satuan (Rp) Jumlah (Rp)
1 Pembelian itik betina 1000 20.000 20.000.000
2. Pembelian itik jantan 100 15.000 15.000.000
3. Biaya pakan BR-11 10 350.000 3.500.000
4. Kandang 3.000.000 3.000.000
5 Tempat minum 20 15.000 300.000
6 Tempat makan 20 15.000 300.000
Jumlah Total 42.100.000,-
Jadi, Total Biaya yang Diperlukan Untuk Kelancaran dan Suksesnya Kegiatan ini adalah sebesar Rp. 42.100.000,- ( Terbilang : Empat Puluh Dua Juta Seratus Ribu Rupiah )
7. PENUTUP
Berdasarkan abstaksi di atas tersebut, kami atas nama pengurus kelompok berharap kepada semua pihak dapat membantu terlaksananya usaha tersebut dan memberikan dukungan sepenuhnya, baik dukungan financial maupun pembinaan, demi keberhasilan usaha tersebut, khususnya dari pemerintah daerah. Atas perhatian dan kerjasamanya kami sampaikan banyak terima kasih.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
KEANGGOTAAN KELOMPOK TANI TERNAK MANDIRI
No Nama Alamat Tanda tangan
1 1
2 2
3 3
4 4
5 5
6 6
7 7
8 8
9 9
10 10
11 11
12 12
13 13
14 14
15 15
16 16
17 17
18 18
19 19
20 20
USAHA ITIK PETELUR
Pengantar Kata
Assalamualaikum wr.wb
Sebagai anak muda yang bergejolak dalam arus dinamika di Kehidupan dan Organisasi, Kami di ajarkan tentang Idealita dan Idealisme. Setiap kami berdebat tentang cita-cita Islam dan metodologi untuk mendaratkannya pada arus empiris, pada saat itu pula Idealita itu menabrak karang realitas. Cita-cita memang berdiam di wilayah in absracto, sementara kenyataan mewujud dalam ruang in concretto. Pada saat benturan itu terjadi, maka yang terlahir adalah protes dan kritik. Tentu tidak sekedar itu. Kami juga di ajarkan tentang jawaban alternatif tetapi terus terang, jawaban bagi kami belum menjadi hal yang utama, suatu waktu generasi saya akan melakukannya juga
Sebuah tulisan dalam rangka mencari inspirasi untuk hidup lebih baik dan lebih indah ditengah himpitan, kesulitan, beban, dan persaingan hidup yang sangat ketat.
Hidup ini tidak mulus, selalu saja ada halangan dan rintangan yang selalu menghampirinya, tetapi kita tidak bisa meminta kepada Allah untuk dihindarkan dari musibah. Disinilah keindahan Islam, yang harus kita minta adalah agar kita bisa melalui ujian yang diberikan Allah, supaya kita menjadi umat pilihan, umat yang membuktikan kadar keimanan kita kepada Allah.)
Untuk inilah Buku ini ditulis sebagai cara kami belajar mengambil inspirasi dari Kehidupan agar kami bisa melewati ujian yang menimpa diri kami ini dengan baik. Sengaja ditulis agar bisa berbagi dengan pembaca lainnya dan mendapatkan manfaat yang sama bahkan bisa mengambil hikmah lebih dalam di banding kami sendiri.
Buletin ini bukan maksud mengurui hanya Berusaha melakukan sebuah Ikhtiar sederhana. Semoga Allah Swt memberikan kekuatan kepada kami.Amien...
(M. Edwan Ansari)
USAHA ITIK PETELUR
80% PETERNAK ITIK PETELUR PEMULA GAGAL USAHA
ini sengaja saya tulis dengan tujuan agar peternak itik petelur PEMULA berhati hati dalam ber-usaha, karena pelihara itik petelur itu secara teknis pemeliharaan sulit. Karena secara teknis pemeliharaan sulit maka para peternak pemula harus melakukan pemeliharaan teknis yang tepat bagi itik, peternak harus memahami kebutuhan teknis itik lebih dulu, setelah tahu kebutuhan teknis maka harus dilakukan dengan disiplin sungguh2 tanpa toleransi
Jadi peternak pemula harus paham, memahami dan menyediakan dan melakukan tindakan teknis yang sesuai dengan kebutuhan itik petelur agar itik tersebut bisa berproduksi telur maksimal. (Selama ini kebanyakan peternak itik pemula keliru, kebalikan bahwa justru itik yang diminta memahami dan menerima keadaan seperti apapun yang dilakukan peternak, terutama keadaan SEADANYA yaitu pakan seadanya, kandang seadanya dll. Ini paradigma keliru). Beternak itik petelur itu sulit. Dan prediksi saya sebanyak 80% peternak itik petelur pemula gagal dan bangkrut serta berhenti.
Pada artikel ini akan saya kupas apa penyebab kegagalan tersebut dan bagaimana solusi-nya agar peternak itik petelur pemula bisa berhasil :
FAKTOR KEGAGALAN SOLUSI
Pola pikir peternak SALAH : adalah sangat salah anggapan bhw itik itu unggas mudah krn bsa dipelihara scr tradisional, semua kebutuhan hidupx sederhana, seadanx, sambilan, tahan penyakit dll Beternak itik petelur harus sistem INTENSIP, semua kebutuhan teknis itik petelur harus sempurna, tepat, akurat, cermat. Kandang & pakan harus sempurna. Program vaksinasi & kesehatan. Tidak ada toleransi teknis harus pemeliharaan harus dilakukan
Ternak itik petelur itu mudah STRESS: stress disebabkan perubahan perlaku-an teknis, perubahan cuaca, perubahan pakan, perubahan tenaga kerja, kandang yg tidak sempurna, gangguan suara, hujan, lantai becek dll. Kalau sudah stress produksi telur turun drastis dan kembalix lama bisa 2 bulan. Jangan lakukan perubahan apapun pada saat itik sudah memasuki masa produksi telur. Terutama jangan rubah2 komposisi pakan, jumlah pakan, hati2 terhadap musim hujan yg merupakan musuh itik
Itik adalah unggas air tetapi musuhx adalah AIR. Musuh pertama itik adalah musim hujan. Secara alamiah itik akan bertahan hidup (tdk melakukan aktivitas produksi) bila musim hujan tiba. Secara alamiah itik tidak akan produksi baik kalau ketemu air. Kandang dibuat sedemikian rupa agar itik tidak bisa melihat langit (mendung), hujan, suara petir, kandang dibuat agak rendah, dan agak kedalam (atap jauh menonjol keluar). Tidak boleh ada kolam air di kandang cukup selokan kecil untuk minum dan sedikit bersihkan diri. Lantai kandang harus dijaga selalu kering
Kandang itik seadanya Sebelum pelihara itik maka harus dibuatkan kandang sempurna. Sistem kering dan terkurung. Lantai harus dari tanah dan dijaga selalu kondisi kering. Tidak boleh ada setetes pun air hujan boleh masuk kandang, tidak boleh tampias hujan, sirkulasi air harus sempurna.
Solusi : kandang harus sempurna. Kandang dibuat agar kondisi hangat / panas terus seperti musim kemarau sepanjang tahun. Beternaklah itu waktu masuk mulai produksi pada akhir musim hujan (pebruari) sehingga itik bisa produksi waktu lama sampai bulan oktober (10 bulan)
Pakan seadanya, peternak tdk ngerti nutrisi tapi suka campur2, gizi kurang, jumlah kurang, pakai ampas2an, keong, sayur, dll adalah SALAH. Kalau bukan ahli nutrisi jangan mencampur sendiri nanti hasilnya hanya asal campur. Peternak bukan peneliti jadi tidak perlu coba ini itu, bisa rugi bangkrut Solusi : kebutuhan gizi itik petelur adalah protein 19% dgn energi 2.850 cal. Jumlah konsumsi adalah 140 gram / ekor / hari.Tanpa gizi ini itik tidak akan bertelur maksimal. Tidak usah mencampur pakan sendiri, cukup pakan pabrik dengan perbandingan : KONSENTRAT 144 (30%) : BEKATUL HALUS (70%).
Kalau pakan gizi bagus maka akan produksi telur tinggi bisa 85~90% selama 2 bulan, dan masa produksi bisa panjang (10 bulan).
Kalau gizi pakan bagus maka justru pakan akan lebih irit, cukup 130~140 gram / ekor / hari. Kalau pakan jelek kebutuhan bisa sampai 180 gram / ekor / hari
Koloni dalam jumlah besar adalah SANGAT SALAH. Pemeliharan itik dengan jumlah banyak misal 100 ekor / petak adalah SANGAT SALAH. Itik adalah unggas yang sangat rakus dalam kebutuhan pakan, diberikan berapa-pun juga akan dihabiskan. Kalau dalam 1 (satu) petak berisi banyak bebek maka akan bersaing pakan, ada yang kenyang sekali, ada yang kenyang, ada yang tidak kebagian pakan. karena jatah pakan tidak merata maka ada yang produksi dan ada yang tidak produksi telur. Sehingga PRODUKSI TELUR RENDAH / SEDIKIT Solusi :Buat kandang dengan petak koloni kecil, cukup : 25 ~ 30 ekor per petak.
Per petak diperlukuan luasan : minimal 7,5 m2 atau setidakx ukuran : 3 m x 2,5 m. Dengan prinsip semakin luasan semakin bagus, tetapi isi tetap 25 ~ 30 ekor / petak.
Beri pasang lampu penerangan dengan intensitas : 1 watt / 4~5 m2 agar proses hormonal (estrogen) bekerja maksimal membantu proses produksi telur.
Pemakaian KEPALA UDANG adalah SALAH. Karena sering busuk dan berjamur. Kalau busuk SALMONELLA akan menjadi musuh itik, sangat mematikan. Pemakaian kepala udang akan merubah komposisi gizi jadi rendah / kurang maka itik tidak bisa produksi maksimal. Sebagai pemerah kuning telur cukup pakai obat XANTA RED, murah, aman, mudah, tahan lama. Pemakaian 70 gram / ton pakan maka kuning telur sudah ORANGE.Agar gizi pakan komplit dan lengkap bisa ditambahkan premix feed supplement dan sedikit mineral
Anggapan bahwa itik itu kebal penyakit adalah SALAH. Tidak ada makhluk hidup di dunia ini yang kebal kecuali harus DIBERI KEKEBALAN. Pemberian kekebalan adalah sesuai dgn jenis penyakit virus dan bakteri. Solusi :Ikuti artikel PROGRAM VAKSINASI & PENGOBATAN yang sudah saya tulis lengkap di daftar artikel trus kategori itik / bebek. Ikuti sesuai jadwal dengan tepat waktu.
Program jadwal vaksin HARUS TEPAT WAKTU, kalau pengobatan bisa maju mundur 1~2 hari.
A. SEJARAH SINGKAT
Itik dikenal juga dengan istilah Bebek (bhs.Jawa). Nenek moyangnya berasal dari Amerika Utara merupakan itik liar ( Anas moscha) atau Wild mallard. Terus menerus dijinakkan oleh manusia hingga jadilah itik yang diperlihara sekarang yang disebut Anas domesticus (ternak itik). Itik Alabio adalah itik Kalimantan yang berasal dari persilangan itik Kalimantan dengan Itik Peking (itik pedaging). Nama itik alabio ini berasal dari sebuah nama daerah di Kalimantan Selatan yaitu Alabio, tepatnya berada di Kabupaten Hulu Sungai Utara Kalimantan Selatan. Nama itik Alabio sendiri diberi nama oeleh seorang ilmuan yang bernama drh. Saleh Puspo. Ilmuan ini yang banyak melakukan penelitian tentang itik alabio ini.
B. MANFAAT.
1. Untuk usaha ekonomi kerakyatan mandiri.
2. Untuk mendapatkan telur itik konsumsi, daging, dan juga pembibitan ternak itik.
3. Kotorannya bisa sebagai pupuk tanaman pangan/palawija.
4. Sebagai pengisi kegiatan dimasa pensiun5) Untuk mencerdaskana melalui penyediaan gizi masyarakat.
C. PERSYARATAN LOKASI.
Mengenai lokasi kandang yang perlu diperhatikan adalah: letak lokasi lokasi jauh dari keramaian/pemukiman penduduk, mempunyai letak transportasi yang mudah dijangkau dari lokasi pemasaran dan kondisi lingkungan kandang mempunyai iklim yang kondusif bagi produksi ataupun produktivitas ternak. Itik serta kondisi lokasi tidak rawan penggusuran dalam beberapa periode produksi.
D. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA.
1. Persiapan Sarana dan Peralatan.
a. Pemilihan Lahan.
Carilah lahan yang luas, jauh dari pemukiman, agar bau kotoran ternak tidak mengganggu lingkungan sekitar.
b. Pembuatan Kandang.
1. Ukuran kandang 4M X 12M = 48 M2.
2. Kandang tersebut dapat menampung 400 ekor itik alabio petelur.
3. Sediakan tempat pakan pada kandang.
4. Pembuatan tempat bertelur.
Tempat bertelut terbuat dari kayu yang berbentuk kotak dan diisi dengan ampas padi.
Gbr. Tempat Bertelur Itik
5. Penyiapan Bibit.
Bibit itik didapat/ dibeli dengan cara pemesanan langsung di tempat Peternakan Itik Alabio Kota Amuntai Kabupaten Hulu Sungai Utara. Perbandingan itik jantan dan betina adalah 1 itik jantan : 10 itik betina. Itik jantan tidak perlu banyak, karena telur yang dihasilkan hanya untuk dikonsumsi, bukan untuk diternak/ ditetaskan.
2. Pemeliharaan dan Pembesaran.
• Pada masa pembesaran anakan itik hanya diberi makan pakan buatan/ voer sampai umur 6 bulan. Pemberian pakan pada umur dibawah 6 bulan tersebut pakan tidak boleh sampai kosong, pakan harus selalu ada dalam kandang. Setelah anakan berumur lebuh dari 6 bulan, ganti pakan dengan Dedak yang dicampur dengan sagu dengan perbandingan 1:1.
• Pemberian Pakan dilakukan 4 Kali sehari, yaitu :
1. Pukul 07.00 WITA
2. Pukul 11.00 WITA
3. Pukul 14.00 WITA
4. Pukul 17.00 WITA
Jumlah kebutuhan pakan ternak dalam sehari untuk 100 ekor itik adalah sebanyak 7 Kg Dedak dan 7 Kg Sagu.
• Minimal 1 (satu) minggu sekali, itik alabio dilepaskan dari kandang, agar dapat memakan rerumputan yang dapat menambah daya tahan tubuh dari itik alabio sendiri.
3. Panen.
Panen telur dilakukan setiap hari, setiap 100 itik rata-rata menghasilkan ±90 butir telur per harinya.
5. Masa Produktif Itik Alabio
Usia produktif itik alabio sampai 3 tahun. Setelah berumur 6 bulan itik alabio mulai bertelur. Masa bertelur itik alabio terbagi manjadi 3 tahap, yaitu :
1. Masa bertelur Pertama tersebut selama 9 bulan, dilanjutkan dengan masa non produktif 3 bulan.
2. Masa bertelur Kedua tersebut selama 7 bulan, dilanjutkan dengan masa non produktif 3 bulan.
3. Masa bertelur Pertama tersebut selama 5 bulan, dimasa ini itik alabio tidak produktif lagi.
Maka untuk mensiasati agar tetap dalam kondisi menguntungkan, itik alabio yang tidak produktif lagi tersebut diberimakan dengan intensitas yang tinggi sampai gemuk, setelah gemuk kemudian dijual, yang hasil dari penjualan tersebut digunakan untuk membeli bibit (anakan) itik alabio kembali.
E. HAMA DAN PENYAKIT
Secara garis besar penyakit itik dikelompokkan dalam dua hal yaitu:
1. Penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme seperti virus, bakteri dan protozoa
2. Penyakit yang disebabkan oleh defisiensi zat makanan dan tata laksana perkandangan yang kurang tepat
Adapun jenis penyakit yang biasa terjangkit pada itik adalah:
1. Penyakit Duck Cholera
Penyebab : bakteri Pasteurela avicida. Gejala: mencret, lumpuh, tinja kuning kehijauan.
Pengendalian : sanitasi kandang,pengobatan dengan suntikan penisilin pada urat daging dada dengan dosis sesuai label obat.
2. Penyakit Salmonellosis
Penyebab : bakteri typhimurium.Gejala: pernafasan sesak, mencret.
Pengendalian : sanitasi yang baik, pengobatan dengan furazolidone melalui pakan dengan konsentrasi 0,04% atau dengan sulfadimidin yang dicampur air minum, dosis disesuaikan dengan label obat.
Ada beberapa cara mengatasi atau mengobati penyakit pada bebek petelur / pedaging. Walaupun ternak bebek tahan terhadap berbagai penyakit tetapi pengetahuan dan keterampilan peternak dalam mendiagnosa atau menentukan jenis penyakit pada ternak bebek perlu dimiliki.
Adapun kemampuan dan keterampilan yang harus dimiliki peternak antara lain seperti berikut :
1. Peternak dapat membedakan penampilan bebek yang sehat dan bebek yang sakit.
2. Dapat mengenali bagian tubuh bebek yang mengalami kelainan.
3. Dapat menentukan langkah-langkah pertolongan pertama yang perlu segera dilakukan.
4. Dapat membedakan penampilan tinja (kotoran bebek) yang normal dan tinja bebek yang sakit.
5. Mengetahui tempat untuk berkonsultasi bila terjadi gangguan penyakit pada ternak peliharaannya.
Mampu menyiapkan informasi sebagai bahan konsultasi sehingga memudahkan dan mengarahkan dugaan jenis penyakit sebelum dilakukan pemeriksaan lebih lanjut Itik pada umumnya itik dikenal sebagai unggas yang tahan terhadap penyakit daripada itik. Namun, peternak itik sebaiknya tetap mewaspadai berbagai penyakit dan penyebab-penyebabnya.
1. Faktor Penyebab Penyakit pada Itik
Meskipun itik termasuk unggas yang tahan terhadap penyakit, kondisi kebersihan kandang juga sangat berpengaruh terhadap kesehatan dan produktivitas itik. Berikut beberapa faktor yang dapat menyebabkan penyakit pada itik.
a. Kandang yang Kotor
Kandang yang kotor disertai ventilasi yang tidak baik dan kurangnya cahaya matahari yang masuk ke kandang, dapat memudahkan bakteri dan kuman berkembang biak. Akibatnya, itik bisa mudah terserang penyakit yang disebabkan oleh bakteri dan kuman tersebut.
b. Pemeliharaan yang Salah
Pemeliharaan yang kurang tepat dapat menyebabkan itik stress sehingga mudah terserang penyakit. Beberapa pelaksanaan pemeliharaan itik yang salah atau kurang tepat, yaitu sebagai berikut:
- lingkungan kandang yang selalu kotor;
- tempat makan dan minum yang tidak bersih;
- perputaran udara yang tidak lancar;
- lantai basah dan berjamur;
- kurangnya cahaya matahari yang masuk ke kandang;
- pemberian vaksin yang tidak sesuai anjuran;
- pemberian vitamin dan antibiotik yang tidak tepat;
-kepadatan kandang yang berlebihan sehingga ada itik yang tidak kebagian makanan akibatnya ada yang mudah terserang penyakit.
c. Pemberian Nutrisi yang Tidak Seimbang
Jika kandungan nutrisi atau gizi dalam pakan tidak seimbang, daya tahan tubuh itik rendah. Rendahnya daya tahan tubuh itik mengakibatkan itik mudah terserang penyakit.
2. Beberapa Penyakit pada Itik dan Pengobatannya
Beberapa penyakit yang sering menyerang ternak itik di antaranya sebagai berikut. .
a. Pilek (Snot)
Pada saat perubahan cuaca dari musim kemarau ke musim hujan atau sebaliknya, itik biasanya mudah terserang pilek. Penyakit ini bisa menular melalui kontak langsung antara itik yang sehat dan itik yang terserang pilek. Penyakit ini bisa disebabkan bakteri yang ada dalam udara sekitar kandang, debu, pakan air minum, dan perlengkapan kandang lainnya.
Gejala itik yang terkena penyakit ini adalah sebagai berikut.
- muka dan mata itik bengkak;
- kadang-kadang mata menutup sebelah;
- keluar lendir kental dari lubang hidung itik;
- itik lebih kelihatan mengantuk;
- nafsu makan berkurang dan produksi telur menurun.
Pilek pada itik bisa dicegah melalui cara-cara sebagai berikut:
- memberikan vitamin pada musim hujan;
- merawat kebersihan kandang;
- memperbanyak ventilasi agar peredaran udara dalam kandang berjalan baik;
- menjaga tingkat kepadatan kandang;
- mengarantina itik-itik yang sakit supaya tidak menular.
b. Keracunan (Botulismus)
Penyakit botulismus disebabkan oleh racun atau toxin yang dihasilkan oleh bakteri clostridum botulinum. Bakteri ini banyak terdapat pada bangkai, seperti bangkai itik atau tikus. Penularannya terjadi apabila itik memakan bangkai.
Gejala penyakit ini di antaranya adalah:
- tiba-tiba itik menjadi lesu dan lemah;
- sayap dan kakinya terkulai lemas, termasuk lehernya;
- bulunya mudah lepas, apalagi jika dicabut;
- mencret dan kotorannya berwarna kehijau-hijauan.
Pencegahannya adalah membuang semua bangkai yang berada di kandang atau di sekitar kandang dan tempat-tempat itik berkeliaran.
c. Cacingan
Cacingan pada itik biasanya disebabkan oleh cacing ascarida perscillum. Penularan penyakit ini biasanya melalui kotoran itik, tempat makan, dan tempat minum yang sudah tercemar oleh cacing ini.
Gejalanya adalah sebagai berikut:
- nafsu makan itik tidak ada sehingga berat badan berkurang;
- bulunya menjadi kasar; dan
- itik kelihatan pucat dan kerdil. Pencegahannya antara lain adalah:
- membersihkan tempat makan dan minum sesering mungkin;
- keadaan litter atau lantai harus tetap kering;
- memberikan pakan yang bergizi seimbang.
Selain itu, ada beberapa jenis penyakit lain yang biasanya menyerang itik, diantaranya adalah berak kapur, sesak napas kronis, mareks, kolera, dan flu burung. Semua penyakit tersebut bisa dicegah dengan kebersihan kandang yang terjaga, makanan yang bergizi seimbang, dan pemberian vaksin yang tepat.
d. Mencegah Penyakit
Tindakan pencegahan terjadinya penyakit pada itik dapat dilakukan melalui berbagai cara, yaitu sebagai berikut.
1) Memilih bibit yang berkualitas.
2) Kandang, peralatan makan, dan lingkungan sekitar kandang dibersihkan secara rutin.
3) Bentuk, arah, dan lokasi kandang harus sesuai aturan kesehatan, yaitu ventilasi harus baik, kandang cukup mendapat cahaya matahari, dan kandang terhindar dari curahan hujan.
4)Kualitas pakan harus diperhatikan.
5) Pemberian vaksin, vitamin, dan antibiotik secara tepat dan teratur.
e. Pemberian Vaksin (Vaksinasi)
Itik yang dipelihara secara tradisional atau digembala tidak memerlukan vaksinasi. Namun, itik yang dipelihara secara terkurung (intensif) memerlukan vaksinasi.
Vaksinasi bisa dilakukan dengan berbagai cara, di antaranya adalah sebagai berikut.
- Melalui mata (tetes mata).
- Melalui hidung (tetes hidung).
- Melalui mulut (oral).
- Melalui suntikan.
- Melalui air minum atau pakan.
Ketika melakukan vaksinasi, ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan, yaitu sebagai berikut:
- kondisi itik yang akan divaksin harus sehat;
- ketika vaksinasi, itik harus diperlakukan dengan baik agar tidak stress;
- pemberian vaksin harus sesuai dengan aturan pakai;
- dilakukan sebelum penyakit menyerang;
- jenis dan dosis vaksin harus sesuai dengan umur itik;
- vaksin tidak boleh terkena sinar matahari langsung;
- botol atau peralatan lain bekas vaksin harus segera dimusnahkan.
1. Beberapa Jenis Penyakit Pada Ternak Bebek Berikut Cara Mengatasinya
Pada dasarnya penyakit yang menyerang ternak itik dapat dibagi dalam dua kelompok, yaitu : Penyakit tidak menular dan Penyakit menular.
A. Penyakit Tidak menular
Penyakit ini disebabkan oleh buruknya tata laksana pemeliharaan seperti keracunan, pemeliharaan kesehatan dan kebersihan yang buruk, kekurangan vitamin dan mineral dan lain-lain.
1. Stress (cekaman)
Stress atau cekaman pada itik bisa disebabkan oleh berbagai faktor pengganggu yang secara langsung mempengaruhi fisiologi tubuh itik, misalya kebisingan, kurang kebebasan bermain dekat air, berpindah-pindah tempat, pertukaran pakan dan lain sebagainya.
Obat untuk menanggulangi stress belum ada. Yang dapat dilakukan peternak adalah menghidari segala gangguan yang dapat menimbulkan stress yaitu dengan cara memelihara lingkungan dan menjaga kebersihan lingkungan peternakan.
2. Kekurangan Vitamin A
Pakan yang tidak cukup mengandung vitamin A dapat menyebabkan kekurangan vitamin A pada ternak itik dan akhirnya mengganggu pertumbuhan. Tanda-tanda itik yang kekurangan vitamin A adalah : itik akan tampak selalu mengantuk, kondisi kaki lemah, mata tertimbun lendir warna putih dan mudah terkena infeksi. Pada itik umur sekitar 4 minggu itik yang kekurangan vitamin A terlihat selaput matanya menebal dan kering, air mata keluar berlebihan, bagian bawah mata tertimbun cairan lendir. Sedang pada itik dewasa, kekurangan vitamin A mengakibatkan penurunan produksi telur, tubuh mengurus dan lemah.
Jagung kuning merupakan sumber vitamin A yang sangat diperlukan dalam komposisi pakan itik. Penyakit kekurangan (defisiensi) vitamin A umumnya terjadi karena peternak mengganti jagung kuning dengan jagung putih yang miskin vitamin A.
3. Brooder Pneumonia
Penyakit brooder pneumonia umumnya menyerang anak itik yang masih memiliki bulu-bulu halus. Penyakit ini disebabkan oleh karena kotak atau pelingkar tripleks/seng terlalu padat, lampu pemanas untuk induk buatan kurang panas sehingga anak itik kedinginan dan merasa pengap. Tanda-tanda anak itik terserang penyakit ini adalah pembengkakan di kepala, pernapasan terlihat sulit dan mata selalu mengeluarkan air.
Pencegahan terhadap penyakit ini dapat dilakukan dengan mengontrol kapasitas kotak atau pelingkar dan mengontrol panas induk buatan. Pengobatan dapat dilakukan dengan pemberian satu sendok teh baking soda dalam satu quart (1,136 liter) air minum selama 12 jam untuk mengurangi penyebaran penyakit.
4.Rickets Duck (kekurangan vitamin D)
Kekurangan vitamin D yang disertai kekurangan Calsium dan Fosfor dapat menimbulkan penyakit tulang yang menyebabkan kelumpuhan pada itik. Penyakit ini biasanya dinamakan “Rickets duck”. Itik yang terserang penyakit ini akan mengalami penyimpangan dan kelainan pada persendian kakinya.
Pencegahan dapat dilakukan dengan memberikan pakan yang cukup mengandung mineral calsium, fosfor da vitamin D. Ke dalam ransum itik harus ditambahkan 2% tepung tulang dan itik harus mendapat sinar matahari langsung.
5. Antibiotika Dermatitis
Penyakit ini terjadi pada itik karena penggunaan obat-obatan yang mengandung antibiotika secara berlebihan.Akibatnya kulit itik menjadi kering , bulu rontok dan mudah patah, itik selalu gelisa karena gatal-gatal pada kulitnya.
Pencegahan terhadap penyakit ini adalah dengan menggunakan antibiotika seperlunya. Penghentian pemberian antibiotika serta pemberian “laxative” (obat pencahar) ringan seperti “molasses” dapat memulihkan kondisi ternak itik yang menderita dalam 4 – 6 hari.
6. Mycosis
Penyakit mycosis pada itik terjadi karena itik secara tidak sengaja mengkonsumsi pakan yang sudah basi atau jamur yang tumbuh di lantai (litter) kandang. Itik yang keracunan jamur terlihat lesu, nafsu makan berkurang dan dalam beberapa hari berat badan merosot tajam. Bila tidak diketahui, itik akan mati dalam waktu seminggu.
Pencegahan dapat dilakukan dengan pemeliharaan kesehatan dan kebersihan kandang yang baik. Lantai kandang secara berkala dijemur dan diusahakan tidak lembab dan diberi kapur terutama pada musim hujan.
Pengobatan penyakit mycosis karena jamur bisa dilakukan dengan memberi antibiotika yang dicampurkan ke dalam air minum atau pakan itik.
7. Botulism
Penyakit botulism (limberneck) pada umumnya terjadi karena itik makan bangkai. Misalnya pemberian makanan daging bekicot yang sudah layu. Bangkai yang sudah berulat mengandung kuman yang berbahaya yaitu “clastrididium botulinium”. Kuman tersebut memproduksi racun.
tanda-tanda itik yang terserang penyakit ini adalah leher itik seperti tidak bertulang, tidak tegap atau lunglai setelah itik memakan bangkai 1 – 3 hari. Beberapa jam kemudian setelah leher lunglai mengakibatkan kematian.
Pencegahan dilakukan dengan memelihara kesehatan lingkungan yang baik dan tidak memberi pakan yang sudah basi (bangkai). Bila masih memungkinkan ternak itik yang sakit dapat diberikan obat-obatan pencahar agar itik mencret dan kuman beserta racunnya dapat ikut keluar dari saluran pencernaan.
Pengobatan secara tradisional yang dapat membantu menyembuhkan yaitu dengan memberikan minyak kelapa satu sendok makan dan air minum yang bersih. Minyak kelapa akan membuat itik haus dan ingin minum sebanyak-banyaknya. Jika itik banyak minum, racun dalam darah itik akan encer dan daya kerjanya berkurang, dengan demikian angka kematian dapat dihindari.
8. Keracunan Garam
Penyakit keracunan garam umumnya terjadi bila air itik atau kolam air mengandung kadar garam yang tinggi, juga bila bahan baku pakan tertentu mengandung kadar garam yang tinggi.
Keracunan garam pada itik lebih sering terjadi di lokasi peternakan dekat pantai/tambak yang airnya tercemar garam.
Ternak itik tidak tahan terhdap garam yang berlebihan, konsentrasi 2% saja dalam ransum atau 4.000 ppm dalam air minum dapat menimbulkan kematian terhadap ternak itik.
B. Penyakit Menular
Penyakit menular pada itik merupakan penyakit yang disebabkan oleh : virus, bakteri atau kuman yang dapat ditularkan melalui kontak langsung atau melalui udara.
1. Fowl Cholera (kolera itik)
Penyakit ini disebabkan oleh bakteri “Pasteurella Avicia”. Kandang yang basah serta lembab dapat mempercepat penularan. Penyakit yang menyerang anak itik umur 4 minggu dapat menimbulkan kematian hingga 50%, sedangkan pada itik dewasa dapat menimbulkan kematian kurang dari 50%.
Gejala penyakit ini adalah : sesak nafas, pial bengkak dan panas, jalan sempoyongan. Itik yang terserang penyakit kolera yang akut akan meratap dan mengeluarkan suara yang nyaring dan keluar dari kelompoknya.
Keganasan penyakit ini dapat menyebabkan infeksi darah dan itik akan mengalami kematian secara mendadak.
Pencegahan dapat dilakukan dengan vaksinasi Fowl Cholera. Pengobatan bagi itik yang terserang pada tingkat awal dapat digunakan obat Choramphenicol, Tetracycline atau Preparat-preparat Sulfat.
2.Fowl Pox (Cacar)
Penyakit cacar ini menyerang itik pada segala umur dan penyebabnya adalah virus. Tanda-tanda penyakit ini adalah dengan munculnya benjolan-benjolan pada bagian badan itik yang tidak tertutupp bulu seperti kaki dan kepala. Penyakit cacar basah menyerang rongga mulut dan bentuk “diptherie” dan kematian terjadi karena itik kesulitan makan dan minum.
Pencegahan dapat dilakukan dengan cara vaksinasi yang disuntikan dibalik sayap itik. Pengobatan cacar kering berupa benjolan-benjolan dapat dilakukan dengan jalan mengelupasi benjolan-benjolan sampai berdarah kemudian diolesi dengan yodium tingture (6-10%).
3. White Eye (Mata Memutih)
Penyakit yang diduga disebabkan oleh virus ini menyerang itik pada segala umur dan yang paling peka adalah itik umur
kurang dari 2 bulan. Biasanya itik yang kurang vitamin A mudah terserang penyakit ini. Kandang yang lembab dan lantai (litter) yang basah juga memudahkan itik terserang penyakit ini.
Tanda-tanda anak itik yang terserang penyakit ini adalah : cairan putih bening keluar dari mata dan paruh, kotoran yang bening dalam beberapa jam berubah menjadi kekuning-kuningan, itik sulit bernafas, lemah dan akhirnya lumpuh. Bila sampai kejang-kejang, kematian tak bisa dihindari.
Pencegahan dan pengobatan bisa dilakukan daengan antibiotika yang dicampur air minum atau pakan. Antibiotika yang
sering digunakan adalah Oxytetracycline (terramycin) atau Chlortetracycline (aureomycins) dengan dosis 10 gram per 100 kg pakan atau 10 gram dalam 40 gallon air minum akan membantu mengontrol penyakit white Eye.
4. Coccidiosis
Coccidiosis adalah penyakit berak darah yang juga menyerang itik, gejala itik yang terserang penyakit ini adalah kurang nafsu makan, berat badan menurun drastis dan akhirnya lumpuh. Penularan melalui kotoran itik yang membawa coccida dan terjadi relatif cepat pada itik segala umur, tetapi yang banyak terserang adalah anak itik.
5. Coryza
Penyakit coryza disebut juga penyakit pilek menular. Penyebabnya adalah semacam mircro organisme. Penyakit ini biasanya terjadi pada awal pergantian musim. Penularannya sangat cepat yaitu melalui kontak langsung antara itik yang sakit dan itik yang sehat.
Tanda-tanda itik yang terserang penyakit pilek menular adalah keluarnya kotoran cair kental dari mata. Jadi penyakit ini mirip dengan penyakit White Eye. Anak itik umur 1 minggu sampai umur 2 bulan, merupakan itik yang sering terserang penyakit ini. Akan tetapi itik dewasa pun dapat pula terserang wabah penyakit coryza ini.
Pengobatan yang paling efesien adalah dengan menyuntikan “Streptomycin Sulphat” secara individual dengan dosis 0,4 gram rendah dengan patokan berat badannya. Penyuntikan dapat dilakukan sekali dalam sehari selama beberapa hari dengan dosis streptomycin setengah dari dosis di atas.
6. Salmonellosis
Penyakit salmonellosis menyerang itik pada segala umur dan dapat menyebabkan angka kematian hingga 50%. Penyebabnya adalah kuman “Salmonella Anatis”, melalui perantaraan lalat atau makanan atau minuman yang tercemar kuman tersebut.
Pencegahan, dapat dilakukan dengan menjaga kesehatan dan kebersihan kandang dan secara berkala dilakukan pembersihan kandang agar kandang terbebas dari kuman salmonella. Pengobatan dapat dilakukan dengan memberikan “Furazolidone”.
7. Sinusitis
Penyakit sinusitis dapat menyerang itik dewasa sehingga dapat menyebabkan kerugian yang tidak sedikit. Penyakit ini dikarenakan tata laksana pemeliharaan yang buruk, kekurangan mineral dalam pakan dan tidak tersedianya kolam untuk bermain. Akibatnya itik menjadi renta mendapat infeksi sekunder.
Tanda-tanda itik yang terserang penyakit ini adalah : terjadi pembengkakan sinus, dari lubang hidung keluar cairan jernih, sekresi mata menjadi berbuih, sinus yang membengkak menimbulkan benjolan di bawah dan didepan mata.
Pencegahan dapat dilakukan dengan tata laksana pemeliharaan yang baik. Pengobatan bagi iti yang sakit, adalah dengan menyuntikan antibiotika (streptomycin) ke dalam sinus yang sakit. Dosis pada itik dewasa adalah sebanyak 0,5 gram streptomycin yang dilarutkan ke dalam 20 cc aquadest. Larutan ini disuntikan ke dalam sinus. Untuk pengobatan yang lebih mudah, dosisnya dikurangi. Pengobatan seperti ini dilakukan sekali dalam 48 jam.
8.Aflatoksikosis
Aflatoksikosis yang menyerang itik pada umumnya disebabkan oleh “Aflatoksin” yang dihasilkan oleh “Asperqillus Flavus”. Aflatoksin menyerang hati, sehingga itik yang terserang penyakit ini hatinya membersar.
Tanda-tanda itik yang terserang penyakit ini adalah : kondisi sangat lemah, terjadi pendarahan di bawah kulit dan jari, terhuyun-huyun, akhirnya mati dalam posisi terlentang. Anak itik lebih muda terserang penyakit ini dibanding dengan itik dewasa.
Pencegahan bisa dilakukan dengan pemeliharaan kebersihan lingkungan kandang, penaburan kapur di lantai kandang, pembersihan kandang agar terbebas dari serangga. Pengobatan hanya dapat diusahakan dengan memberikan antibiotika yang dicampurkan dalam air minum atau pakan.
Demikianlah beberapa jenis penyakit yang dapat menyerang ternak itik serta cara pencegahan dan cara mengobati, semoga artikel ini dapat memberikan manfaat bagi para peternak, sekian dan terima kasih.
F. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA PEMBESARAN
1. Biaya Persiapan Fasilitas.
Pembuatan Kandang = Rp. 3.000.000,-
2. Biaya Bibit/ Anakan.
Anakan Itik Alabio Petelur @ Rp. 9.000,- x 400 ekor = Rp. 3.600.000,-
3. Biaya Pembesaran dan Pakan Anakan.
Pakan Bama Untuk Anakan @ Rp. 8.000,-/kg
Rp. 8.000,- x 5 kg x 30 hr x 6 bln = Rp. 7.200.000,- +
Jumlah Pengeluaran = Rp.13.800.000,-
4. Biaya Pakan Itik Dewasa dan Hasil Tahap I (9 bulan)
a. Pakan Dedak @ Rp.2.500,-/kg x 28kg x 30hr x 9bln = Rp. 18.900.000,-
b. Pakan Sagu @ Rp.3.500,-/kg x 28kg x 30hr x 9bln = Rp. 26.460.000,- +
Jumlah = Rp.45.360.000,-
c. Harga Telur @ Rp. 1.800,- x 90 butir x 30hr x 9bln = Rp. 174.960.000,- Rp. 45.360.000, = Rp.129.600.000,
5. Biaya Pakan Itik Dewasa dan Hasil Tahap II (7 bulan)
a. Pakan Dedak @ Rp.2.500,-/kg x 28kg x 30hr x 7bln = Rp. 14.700.000,-
b. Pakan Sagu @ Rp.3.500,-/kg x 28kg x 30hr x 7bln = Rp. 20.580.000,- +
= Rp. 35.280.000,-
c. Harga Telur @ Rp. 1.800,- x 90 butir x 30 hr x 7 bln = Rp. 136.080.000,-
= Rp. 35.280.000,- +
= Rp. 100.800.000,-
6. Biaya Pakan Itik Dewasa dan Hasil Tahap II
a. Pakan Dedak @ Rp.2.500,-/kg x 28kg x 30hr x 5bln = Rp. 10.500.000,-
b. Pakan Sagu @ Rp.3.500,-/kg x 28kg x 30hr x 5bln = Rp. 14.700.000,- +
= Rp. 25.200.000,-
c. Harga Telur Rp. 1.800,- x 90 butir x 30 hr x 5 bln = Rp. 97.200.000,-
= Rp. 45.360.000,- +
= Rp. 72.200.000,-
7. Keuntungan Hasil.
Keuntungan = Hasil Tahap I + Hasil Tahap II + Hasil Tahap III
- Jumlah Pengeluaran I
= Rp. 129.600.000,- + Rp. 100.800.000,- + Rp. 72.200.000, - Rp. 13.800.000,-
= Rp. 288.000.000,-
Di sebuah peternakan, seperti telah menjadi sebuah tradisi, suatu saat bahkan setiap saat dapat ditemukan sekawanan lalat, terlebih lagi saat musim penghujan. Kadang kala keberadaan lalat diabaikan oleh peternak, namun suatu saat adanya lalat ini membuat peternak pusing dan kebingungan mengusir maupun mengatasinya. Bahkan belakangan ini, keberadaan lalat telah berhasil memberikan “kesan dan pesan” tersendiri.
Lalat sejenis serangga yang selalu dan sering kali kita temukan berterbangan di dalam kandang. Kita telah tahu bahwa lalat bukan penyebab penyakit pada itik karena tidak ada “penyakit lalat” (seperti penyakit Gumboro yang disebabkan oleh virus Gumboro). Oleh karenanya kita sering mengabaikan keberadaan lalat ini. Tapi, benarkan lalat tidak perlu memperoleh “hati’ kita (peternak, red.)? Sudah benarkah kita mengabaikannya?
Mengenal Lalat
Lalat termasuk dalam kelompok serangga yang berasal dari subordo Cyclorrapha dan ordo Diptera. Secara morfologi, lalat mempunyai struktur tubuh berbulu, mempunyai antena yang berukuran pendek dan mempunyai sepasang sayap asli serta sepasang sayap kecil (berfungsi menjaga kestabilan saat terbang). Lalat mampu terbang sejauh 32 km dari tempat perkembangbiakannya. Meskipun demikian, biasanya lalat hanya terbang 1,6-3,2 km dari tempat tumbuh dan berkembangnya lalat.
Lalat juga dilengkapi dengan sistem penglihatan yang sangat canggih, yaitu adanya mata majemuk. Sistem penglihatan lalat ini terdiri dari ribuan lensa dan sangat peka terhadap gerakan. Bahkan ada beberapa jenis lalat yang memiliki penglihatan tiga dimensi yang akurat. Model penglihatan lalat ini juga menjadi “ilham” bagi ilmuwan kedokteran untuk menciptakan sebuah alat pencitraan (scan) baru.
Mata lalat dapat mengindra getaran cahaya 330 kali per detik. Ditinjau dari sisi ini, mata lalat enam kali lebih peka daripada mata manusia. Pada saat yang sama, mata lalat juga dapat mengindra frekuensi-frekuensi ultraviolet pada spektrum cahaya yang tidak terlihat oleh kita. Perangkat ini memudahkan lalat untuk menghindar dari musuhnya, terutama di lingkungan gelap.
Visualisasi seekor lalat
Beberapa jenis lalat dapat menyerang suatu peternakan. Namun 95% jenis lalat yang sering ditemukan dipeternakan ialah lalat rumah (Musca domestica) dan little house fly (Fanny canicularis). Jenis lalat lainnya seperti lalat buah (Lucilia sp.), lalat sampah berwana hitam (Ophyra aenescens) maupun lalat pejuang (soldier flies) juga sering mengganggu lingkungan peternakan.
Siklus Hidup Lalat
Siklus hidup semua lalat terdiri dari 4 tahapan, yaitu telur, larva, pupa dan lalat dewasa. Lalat dewasa akan menghasilkan telur berwarna putih dan berbentuk oval. Telur ini lalu berkembang menjadi larva (berwarna coklat keputihan) di feses yang lembab (basah). Setelah larva menjadi dewasa, larva ini keluar dari feses atau lokasi yang lembab menuju daerah yang relatif kering untuk berkembang menjadi pupa. Dan akhirnya, pupa yang berwarna coklat ini berubah menjadi seekor lalat dewasa. Pada kondisi yang optimal (cocok untuk perkembangbiakan lalat), 1 siklus hidup lalat tersebut (telur menjadi lalat dewasa) hanya memerlukan waktu sekitar 7-10 hari dan biasanya lalat dewasa memiliki usia hidup selama 15-25 hari.
Siklus hidup lalat
Dalam waktu 3-4 hari, seekor lalat betina mampu menghasilkan telur sebanyak 500 butir. Dengan kemampuan bertelur ini, maka dapat diprediksikan dalam waktu 3-4 bulan, sepasang lalat dapat beranak-pinak menjadi 191,01 x 1018 ekor (dengan asumsi semua lalat hidup). Bisa kita bayangkan, dengan kemampuan berkembang biak lalat tersebut dapat memberikan ancaman tersendiri.
Keberadaan Lalat, Berbahaya?
Pernahkah kita mendengar ada penyakit lalat, seperti halnya penyakit Newcastle disease (ND) yang menyerang itik? Tentu belum pernah. Lalat sebenarnya bukan suatu agen infeksi melainkan peranannya lebih cenderung sebagai vektor atau agen pembawa atau penular penyakit. Peranan lalat menularkan penyakit ini didukung dari bentuk anatomi tubuhnya yang banyak terdapat bulu sehingga bibit penyakit (virus, bakteri, protozoa) melekat dan tersebar ke ternak/hewan lain. Selain itu, lalat juga mempunyai cara makan yang unik, yaitu lalat meludahi makanannya terlebih dahulu sampai makanan tersebut cair baru disedot ke dalam perutnya. Cara makan inilah yang ikut disinyalir sebagai cara bibit penyakit masuk ke dalam tubuh lalat kemudian menulari/menginfeksi itik. Terlebih lagi kita tahu dan tak jarang menemukan lalat sedang hinggap di ransum itik.
Dari beberapa literatur juga disebutkan setiap kali lalat hinggap disuatu tempat, maka + 125.000 bibit penyakit dijatuhkan pada lokasi tersebut (wikimedia, 2007). Sungguh mengerikan! Prof. Drh. Hastari Wuryastuty, M.Sc, PhD (2005) peneliti di fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta menyatakan jika seekor lalat yang memiliki berat 20 mg mampu membawa bibit penyakit (virus) sebanyak 10% dari berat badannya, yaitu 2 mg maka lalat tersebut dapat menulari 2.000 ekor itik. Hal ini disebabkan setiap 1 gram virus dapat menginfeksi satu juta ekor itik.
Prof. Drh. Hastari Wuryastuty, M.Sc, PhD bersama dengan suaminya, yaitu Prof. Drh. R Wasito, M.Sc, PhD seorang ahli penyakit hewan di fakultas yang sama telah melakukan penelitian peranan lalat terhadap penularan penyakit avian influenza (AI). Dari sampel lalat beku yang telah dikumpulkannya, diperoleh data bahwa lalat yang berasal dari Makasar dan Karanganyar telah dinyatakan positif mengandung virus AI. Penelitian tersebut saat ini masih berlanjut, untuk mengetahui secara pasti pada posisi manakah peranan lalat tersebut dalam penularan AI. Apakah lalat berperan sebagai vektor mekanik atau vektor biologik? Kita tunggu hasil penelitian berikutnya.
Larva dan lalat dewasa juga menjadi hospes intermediet atau inang perantara bagi infeksi cacing pita (Raillietina tetragona dan R. cesticillus) pada itik. Larva dan lalat dewasa sering kali termakan oleh itik sehingga itik dapat terserang cacing pita tersebut. Selain itu, lalat juga berperan sebagai vektor mekanik bagi cacing gilik (Ascaridia galli) maupun bakteri. Lalat yang hinggap di feses atau litter yang telah tercemar bakteri kolera maka lalat tersebut sudah berpotensi menyebarkan kolera pada itik lainnya.
Larva lalat yang berkembang pada feses yang lembab berpotensi menularkan beberapa bibit penyakit
Selain penyakit, keberadaan lalat juga menjadi penyebab keretakan keharmonisan hubungan sosial antara peternak dengan warga di sekitar lokasi peternakan. Bukan suatu keniscayaan, keberadaan lalat ini menjadi penyebab ditutupnya suatu peternakan. Lalat yang berkembang di peternakan dapat bermigrasi ke arah perkampungan warga dan warga atau masyarakat langsung melayangkan tuduhan bahwa peternakan itik lah yang menjadi sumber munculnya lalat tersebut.
Bagaimana Pengendalian Lalat ?
Setelah mengetahui akibat berkembangnya lalat di peternakan kita, sudah merupakan suatu kebutuhan bahwa kita harus bisa mengendalikan lalat tersebut. Sudah barang tentu, pengendalian lalat ini membutuhkan teknik yang tepat. Jika tidak, bukan tidak mungkin gara-gara lalat ini kita akan mengalami kerugian yang besar bahkan ditutupnya usaha kita.
Lalat tergolong salah satu insect atau serangga yang “bandel”. Keberadaannya di kandang sangat mudah ditemui, terlebih lagi saat musim penghujan. Beberapa hal yang menjadikan lalat bandel, ialah :
• Mobilitas lalat sangat tinggi karena dilengkapi dengan sepasang sayap sejati (asli) dan sepasang sayap kecil (yang menstabilkan terbang lalat)
• Lalat mempunyai sistem penglihatan yang sangat baik, yaitu mata majemuk yang tersusun atas lensa optik yang sangat banyak sehingga lalat mempunyai sudut pandang yang lebar. Kepekaan penglihatan lalat ini 6 x lebih besar dibandingkan manusia. Selain itu, lalat juga dapat mengindra frekuensi-frekuensi ultraviolet pada spetrum cahaya yang tak terlihat oleh manusia. Dengan dua kemampuan ini (mobilitas dan penglihatan), lalat dapat dengan mudah mengubah arah geraknya seketika saat ada bahaya yang mengancam dirinya.
• Lalat mempunyai kemampuan berkembang biak yang cepat dan dalam jumlah yang banyak. Terlebih lagi jika kondisi lingkungan cocok bagi perkembangbiakan lalat.
Melihat ketiga kemampuan lalat tersebut, maka diperlukan teknik khusus untuk mengatasi atau membasmi lalat. Langkah pengendalian lalat pun harus dilakukan secara komprehensif (menyeluruh) dan terintegrasi. Langkah pengendalian lalat secara garis besar ialah kontrol manajemen, biologi, mekanik dan kimia.
• Kontrol manajemen
Penanganan feses dengan baik sehingga feses tetap kering merupakan teknik pengendalian lalat yang paling efektif. Kita tahu, feses yang lembab menjadi tempat perkembangbiakan lalat yang sangat baik (termasuk tempat perkembangbiakan bibit penyakit). Dalam 0,45 kg feses yang lembab dapat dijadikan tempat berkembang biak (melangsungkan siklus hidup) 1.000 ekor lalat. Feses yang baru dikeluarkan oleh itik yang memiliki kadar air sebesar 75-80% merupakan kondisi ideal bagi perkembangbiakan lalat. Feses ini harus segera diturunkan kadar airnya menjadi 30% atau kurang untuk mencegah perkembangbiakan lalat.
Lakukan pembersihan feses minimal 1 x seminggu sehingga dapat memutus siklus perkembangbiakan lalat. Hal ini berdasarkan periode waktu lalat bertelur, yaitu setiap minggu (4-7 hari)
Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menghambat perkembangbiakan lalat ialah :
1. Membersihkan feses minimal setiap minggu sekali. Hal ini berdasarkan lama siklus hidup lalat, dimana lalat bertelur setiap seminggu sekali
2. Berikan ransum dengan kandungan zat nutrisi yang sesuai, terutama kandungan protein kasar dan garam. Ransum dengan kandungan protein kasar dan garam yang tinggi dapat memicu itik minum banyak sehingga feses menjadi encer (basah)
3. Jika perlu tambahkan batu kapur maupun abu pada litter sehingga dapat membantu mengembalikan kemampuan tanah menyerap air
4. Hati-hati saat penggantian atau pengisian tempat minum. Jangan sampai air minum tumpah. Selain itu perhatikan kondisi tempat minum atau paralon dan segera perbaiki kondisi genting yang bocor
5. Jika feses akan disimpan, keringkan feses terlebih dahulu (kadar air < 30%) dengan cara dijemur diterik matahari (jika memungkinkan). Feses yang disimpan dalam kondisi lembab bisa mempercepat perkembangbiakan larva lalat
6. Perhatikan sistem sirkulasi udara (ventilasi). Kondisi ventilasi kandang yang baik dapat mempercepat proses pengeringan feses
7. Lakukan perbaikan pada atap yang bocor
8. Pastikan intalasi saluran pembuangan air berfungsi baik, jangan biarkan air mengendap
Selain menjaga feses tetap kering, melakukan sanitasi kandang dengan baik juga menjadi langkah tepat untuk mengendalikan perkembangbiakan lalat. Langkah sanitasi yang dapat dilakukan yaitu :
• Segera buang atau singkirkan bangkai itik mati maupun telur yang pecah
Segera singkirkan atau jauhkan bangkai (itik mati) dari kandang
• Bersihkan ransum dan feses yang tumpah segera, terlebih lagi jika kondisinya basah
• Bersihkan kandang dan peralatan kandang secara rutin kemudian semprot dengan desinfektan seperti Antisep, Neo Antisep atau Medisep
• Kontrol biologi
Terdengar asing ditelinga kita dengan istilah ini. Memang, karena teknik ini relatif jarang diaplikasikan peternak. Meskipun demikian, teknik ini terbukti ampuh dalam mengendalikan populasi lalat. Terbukti, dari sepasang lalat dalam waktu 3-4 hari tidak bisa menghasilkan lalat sebanyak 191,01 x 1018 ekor karena secara alami larva lalat telah dibasmi oleh “lawan” lalat. Selain itu, penggunaan teknik ini akan menjaga keseimbangan ekosistem kandang.
Parasit lalat biasanya membunuh lalat pada saat fase larva dan pupa. Spalangia nigroaenea merupakan sejenis tawon (lebah penyengat) yang menjadi parasit bagi pupa lalat. Mekanismenya ialah tawon dewasa bertelur pada pupa lalat, yaitu dibagian puparium (selubung pupa) dan perkembangan dari telur tawon memangsa pupa lalat (pupa lalat mati). Selain tawon, tungau (Macrochelis muscaedomesticae dan Fuscuropoda vegetans) dan kumbang (Carnicops pumilio, Gnathoncus nanus) juga merupakan “lawan” lalat.
Aplikasi dari teknik pengendalian lalat ini memerlukan suatu menajemen yang relatif sulit. Siklus hidup hewan pemangsa lalat tersebut juga relatif lebih lama. Selain itu, hewan pemangsa lalat ini dapat juga menjadi agen penularan penyakit. Meskipun demikian, keseimbangan ekosistem akan tetap terjaga, terlebih lagi keberadaan lalat di kandang juga membantu dalam proses dekomposisi (penguraian) feses atau sampah organik lainnya sehingga baik jika digunakan sebagai pupuk kompos.
• Kontrol mekanik
Teknik pengendalian lalat ini relatif banyak diaplikasikan oleh masyarakat pada umumnya. Di pasaran, juga telah banyak dijual perangkat alat untuk membasmi lalat, biasanya disebut sebagai perangkap lalat. Perangkap tersebut bekerja secara elektrikal (aliran arus listrik) dan dilengkapi dengan bahan yang dapat menarik perhatian lalat untuk mendekat. Perangkap lalat seringkali diletakkan di tengah kandang. Di tempat penyimpanan telur sebaiknya juga diletakkan perangkap lalat ini.
Lalat tidak akan bergerak atau terbang melawan arus atau arah angin. Oleh karenanya tempatkan fan atau kipas angin dengan arah aliran angin keluar kandang atau ke arah pintu kandang. Penggunaan plastik yang berisi air (biasanya di warung makan) juga bisa digunakan untuk mengusir lalat meskipun mekanisme kerjanya belum diketahui. Teknik pengendalian lalat ini (kontrol mekanik) relatif kurang efektif untuk diaplikasikan ji-ka populasi lalat banyak.
• Kontrol kimiawi
Teknik pengendalian lalat ini, seringkali menjadi andalan bagi peternak. Sedikit terlihat adanya peningkatan populasi lalat, peternak segera memberikan obat lalat. Namun, saat populasi lalat tidak menurun meski telah diberikan obat lalat, maka peternak akan langsung memberikan klaim maupun komplain ke produsen obat lalat tersebut. Kasus ini relatif sering terjadi. Lalu bagian manakah yang kurang tepat?
Point dasar yang perlu kita pahami bersama, bahwa pemberian obat lalat (kontrol kimiawi) bukan merupakan inti dari teknik pengendalian lalat, melainkan menjadi penyempurna dari teknik pengendalian lalat melalui teknik sanitasi dan desinfeksi kandang (teknik manajemen). Oleh karenanya, kita tidak bisa menggantungkan pembasmian lalat hanya dari pemberian obat lalat dan teknik pemberian obat lalat juga harus dilakukan dengan tepat.
Dari data yang kami peroleh, obat pembasmi lalat yang beredar di lapangan (Indonesia) dapat diklasifikasikan (berdasarkan kerja obat lalat pada tahapan siklus hidup lalat) menjadi 2 kelompok, yaitu obat lalat yang bekerja membunuh larva lalat dan membasmi lalat dewasa. Agar daya kerja obat lalat bisa optimal, maka pemilihan jenis obat harus disesuaikan dengan tahapan siklus hidup lalatnya. Jika tidak maka daya kerja obat tidak akan optimal. Cyromazine merupakan zat aktif yang digunakan untuk membunuh larva lalat sedangkan azamethipos dan cypermethrin merupakan zat aktif yang bekerja membunuh lalat dewasa. Penggunaan cyromazine untuk membasmi lalat dewasa tidak akan memberikan hasil yang optimal (lalat dewasa tidak bisa mati) dan begitu juga sebaliknya (pemberian cypermethrin tidak akan bisa membunuh larva lalat).
Perlu kita sadari bersama, keberadaan lalat di dalam kandang seperti fenomena gunung es. Lalat yang berkeliaran dan berterbangan di dalam kandang hanya 20% sedangkan lalat yang “tersembunyi” (telur, larva dan pupa) sesungguhnya jauh lebih banyak, yaitu 80%. Selain itu, pembasmian lalat dewasa akan menjadi lebih sulit karena mobilitas lalat yang tinggi dan kemampuan lalat untuk menghindar (mata majemuk). Oleh karena itu, pengendalian lalat sejak dini, yaitu saat stadium larva menjadi sebuah langkah teknik aplikatif yang bagus dalam membasmi keberadaan lalat.
Larvatox, mematikan lalat saat stadium larva sehingga pupa dan lalat tidak akan terbentuk
Untuk mendukung hal itu, Medion telah me-launching sebuah produk dengan kandungan zat aktif (cyromazine) yang ampuh dan efektif untuk membunuh larva lalat, yaitu Larvatox. Aplikasi Larvatox juga mudah, yaitu dicampur dalam ransum.
Percobaan potensi dan keamanan Larvatox telah dilakukan oleh intern Medion maupun bekerja sama dengan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada (UGM).
Grafik 1-4 tersebut menunjukkan bahwa pemberian Larvatox ampuh membasmi larva lalat (sehingga lalat tidak dapat terbentuk) tanpa menyebabkan gangguan produksi (tidak menurunkan produksi telur). Selain itu, pemberian Larvatox juga dapat membuat feses lebih kering (bisa membentuk “gunung”).
Campurkan 100 gram Larvatox dengan 5 kg ransum secara bertahap, kemudian campurkan dengan 1 ton ransum sampai homogen. Larvatox diberikan selama 4-6 minggu berturut-turut kemudian dihentikan selama 4-8 minggu dan gunakan kembali jika lalat terlihat mulai berkembang biak. Teknik pemberian Larvatox tersebut dimaksudkan untuk memutuskan siklus hidup lalat secara tuntas. Hal yang perlu diperhatikan ialah jangan menghentikan pemberian Larvatox sebelum 4-6 minggu meskipun populasi lalat telah berkurang karena kita tahu fenomena gunung es dari lalat (lalat yang nampak hanya 20% dari populasi lalat sesungguhnya). Selain itu, jangan mengurangi dosis Larvatox karena bisa mengakibatkan potensi obat tidak optimal dan dapat memicu resistensi obat.
Pengendalian lalat telah menjadi suatu keharusan. Terlebih lagi jika kita sudah mengerti tentang akibat yang ditimbulkannya, termasuk kemungkinan penutupan usaha kita. Agar lalat bisa terbasmi dengan baik, maka teknik pengendaliannya harus dilakukan secara sinergis dan komprehensif, yaitu menerapkan manajemen dengan baik (terutama penanganan feses) sekaligus melaksanakan kontrol kimiawi (dan atau kontrol biologi dan mekanik) secara tepat. Akhirnya, lalat pun terbasmi.